Legenda Umbul Naga, sebuah cerita rakyat yang hingga kini masih dikenal masyarakaa Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Konon, kisah ini memiliki kaitan dengan sejarah Kerajaan Mataram Kuno.
Lokasi Umbul Naga sendiri berada di Desa Karanglor, Kecamatan Manyaran. Tempat ini berupa sumber air yang memiliki debit besar dan terdiri dari satu kolam air utama serta dua kolam di bawahnya. Sumber air ini masih dimanfaatkan warga setempat memenuhi kebutuhan air bersih.
Legenda Umbul Naga berawal dari kisah seorang sakti bernama Begawan Sidik Wacana yang memiliki anak laki-laki bernama Joko Lelono. Ketika Joko Lelono telah dewasa, ia diminta mencari seorang wanita untuk dijadikan istri. Joko Lelono pun setuju untuk segera memiliki pendamping hidup yang cantik, lemah lembut, setia, dan baik hati, seperti ibunya.
Begawan Sidik Wacana justru salah paham dan terkejut, menyangka anaknya menginginkan ibunya menjadi istrinya. Joko Lelono segera membela dirinya, menjelaskan bahwa itu bukan maksudnya. Namun Begawan Sidik Wacana, tetap tidak percaya dan menanyakan apakah anaknya buta untuk ingin menikahi ibunya?
Joko Lelono sangat menyesal mengucapkan kata-kata yang menyakitkan hati ayahnya. Ia pun terdiam, menundukkan kepala, dan meneteskan air mata. Tak lama kemudian, ia membuka matanya dan merasa terkejut karena yang ia lihat hanya gelap gulita.
Baca juga: Cerita Batu Ampar, Legenda Si Badang Yang Perkasa
Begawan Sidik Wacana, yang melihat anaknya panik, segera bertanya apa yang terjadi. Joko Lelono pun mengakui bahwa kata-kata ayahnya tentang matanya yang buta telah menjadi kenyataan.
Dengan perasaan sedih, Begawan Sidik Wacana menjelaskan bahwa kejadian ini adalah kutukan yang harus diterima Joko Lelono. Ia kemudian memberi petunjuk bahwa untuk menyembuhkan matanya, Joko Lelono harus menjalani “laku tirakat”.
Begawan Sidik Wacana menyuruh Joko Lelono pergi ke Pertapaan Dlepih Kahyangan Tirtomoyo menemui Begawan Sidik Waseso dan melakukan apapun yang diperintahkan sang Begawan. Joko Lelono pun ditemani dua abdi dalem, Ki Merkak dan Ki Jebres.
Joko Lelono, bersama kedua abdi dalemnya, berangkat menggunakan seekor gajah dan membawa payung untuk bertemu Begawan Sidik Waseso.
Setelah mendengarkan cerita Joko Lelono, Begawan Sidik Waseso dengan senyum dan keramahannya mendekat dan meletakkan kedua tangannya di kelopak mata Joko Lelono. Sambil membaca mantra, Begawan Sidik Waseso mengusap mata Joko Lelono.
Ia lalu memerintahkan Joko Lelono berdoa kepada Sang Pemilik Alam Jagad Raya, memohon ampunan kepada ayahnya agar penglihatannya dapat kembali. Setelah proses pengobatan selesai, Joko Lelono perlahan-lahan dapat melihat cahaya. Ia pun akhirnya mampu melihat kembali. Dengan penuh haru, ia berterima kasih kepada Begawan Sidik Waseso atas bantuannya.Baca juga.
Baca juga: Kisah Datuk Letang dan Bayi Sakti Dari Belahan Kayu
Di tengah perjalanan pulang, Joko Lelono memutuskan tidak akan kembali ke Mataram. Ia terus mencari calon pendamping hidup sesuai dengan perintah ayahnya. Joko Lelono memberi nama tempat tersebut Gunungan untuk mengenang kejadian yang terjadi di sana.
Beberapa waktu kemudian, setelah beristirahat, ia melanjutkan perjalanan sendirian, sementara kedua abdi dalemnya masih tertidur. Ketika mereka terbangun dan mencari Joko Lelono, mereka mengikuti jejak kaki gajah dan menemukan Joko Lelono yang sedang bingung. Setelah berbicara sebentar, mereka beristirahat di tempat yang kemudian dinamai Nggeger, karena terletak di punggung bukit.
Saat beristirahat, Joko Lelono teringat tentang payung yang tertinggal dalam perjalanan. Ki Jebres mengaku bahwa payung itu tertinggal di suatu tempat. Joko Lelono pun memerintahkan agar payung itu segera diambil. Setelah mencari, Ki Merkak dan Ki Jebres menemukan bahwa payung itu telah menjadi batu. Tempat itu kemudian disebut Watu Payung.
Sambil menunggu kedua abdi dalemnya kembali, Joko Lelono melihat sebuah cahaya terang yang bergerak menuju suatu tempat. Penasaran, ia mengikuti cahaya hingga sampai di sebuah kerajaan yang dikuasai Dyah Ayu Putri Serang, penguasa kerajaan roh halus.
Baca juga: Kisah Raden Segoro dan Awal Mula Pulau Madura
Di sana, Joko Lelono disambut prajurit yang mengantarkannya ke istana sang Ratu. Setelah dipertemukan dengan Ratu Dyah Putri Serang, mereka berbincang akrab, dan sang Ratu kemudian mengundang Joko Lelono untuk tinggal di kerajaannya.
Joko Lelono merasa bahwa inilah takdirnya, dan setelah beberapa waktu, ia memutuskan untuk tinggal di kerajaan Ratu Dyah Putri Serang. Meski demikian ia harus memenuhi syarat sang Ratu. Joko Lelono pun tak bisa kembali ke dunia sebelumnya dan terjebak di kerajaan alaming lelembut. Sementara kedua abdi dalemnya kembali ke Mataram tanpa Joko Lelono.
Legenda Umbul Naga bukan hanya sebuah cerita tentang sumber air yang bermanfaat bagi kehidupan warga Desa Karanglor, tetapi juga menyimpan kisah cinta, petualangan, dan takdir. Cerita ini mengingatkan kita akan pentingnya kehati-hatian dalam berbicara, serta bagaimana takdir sering kali datang dengan cara yang tidak terduga. (Diolah dari berbagai sumber)