By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Kisah Penari Ronggeng Pantura Menjelma Jadi Buaya
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Cerita Rakyat > Kisah Penari Ronggeng Pantura Menjelma Jadi Buaya
Cerita Rakyat

Kisah Penari Ronggeng Pantura Menjelma Jadi Buaya

Achmad Aristyan
Last updated: 21/11/2024 06:30
Achmad Aristyan
Share
Ilustrasi Jembatan Sewo Di Indramayu, Jawa Barat. Foto: NU Online Jabar/Iing Rohimin
SHARE

Di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, terdapat sebuah cerita rakyat tentang Penari Ronggeng Pantura yang sudah dikenal luas masyarakat setempat. Kisah ini mengisahkan tentang dua saudara perempuan bernama Saedah dan Saenih, yang diperlakukan dengan tidak adil oleh ibu tiri mereka. 

Begitu bencinya ibu tiri pada kedua anak tirinya, hingga ia meminta suaminya untuk membuang mereka ke tengah hutan. Dalam kecintaan buta pada sang istri, sang ayah pun menuruti perintah dan membuang anak-anaknya di hutan belantara.

Melansir dari warisanbudayanusantara.com, dalam kondisi terbuang dan menderita, Saenih, sang adik, bertemu seorang kakek tua di hutan. Kakek ini menawarkan bantuan dengan sebuah perjanjian. 

Dibantu sang kakek, Saenih kemudian menjadi penari ronggeng Pantura (Pantai Utara) yang sangat terkenal. Namun, seiring berjalannya waktu, sang kakek kembali dan menagih janji yang telah dibuat Saenih bertahun-tahun lalu. Akhirnya, Saenih harus memenuhi perjanjian dengan mengubah dirinya menjadi buaya putih, yang konon tinggal di kawasan Sungai Sewo hingga kini.

Kisah Saedah dan Saenih ini bukan hanya merupakan legenda yang populer di Indramayu, tetapi juga dikenal di daerah Cirebon dan Sumedang. Namun, cerita ini sangat lekat dengan Indramayu.

Masyarakat setempat bahkan percaya bahwa hingga saat ini, buaya putih yang merupakan wujud Saenih masih menghuni Sungai Sewo. Kepercayaan ini begitu kental hingga mempengaruhi kebiasaan masyarakat sekitar. 

Banyak orang yang melemparkan uang receh saat menyeberangi jembatan Sungai Sewo sebagai bentuk penghormatan kepada penghuni sungai. Jembatan Sewo berada di perbatasan Kabupaten Subang dan Indramayu, Jawa Barat.

Mereka percaya bahwa dengan melakukannya, mereka akan mendapatkan restu dan terhindar dari celaka.  Hal ini kemudian memuncukan fenomena penyapu urang receh yang berkerumun di sekitar jembatan untuk memungut uang yang dilemparkan pengendara. 

Baca juga : Legenda Kali Mewek dan Kisah Penculikan Ken Dedes

Kisah Mistis

Salah satu peristiwa yang semakin menguatkan kepercayaan ini adalah kecelakaan tragis yang terjadi 11 Maret 1974. Sebuah bus transmigran yang mengangkut penumpang dari Boyolali menuju Sumatera kecelakaan dan menewaskan seluruh penumpangnya saat melintasi Jembatan Sewo. 

Masyarakat meyakini bahwa kecelakaan terjadi karena Saenih tidak merestui bus untuk melewati sungai. Meskipun kejadian ini terjadi beberapa dekade yang lalu, kecelakaan-kecelakaan kecil lainnya di sekitar jembatan Sewo tetap memperkuat kepercayaan akan mitos Saenih. 

Namun, di balik kisah mistis ini, terdapat pesan moral yang terkandung dalam cerita Saedah dan Saenih. Kisah ini mengajarkan tentang pentingnya peran orang tua dalam mendidik dan membimbing anak-anaknya. Sebagai orang tua, seharusnya mereka memberikan kasih sayang dan pendidikan yang baik kepada anak-anak mereka, agar mereka dapat menjadi pribadi yang baik dalam masyarakat. 

Namun, dalam cerita ini, kegagalan orang tua Saedah dan Saenih dalam menjalankan peran mereka membawa kedua anaknya pada keputusan yang keliru. Perjanjian yang dibuat Saenih dengan makhluk gaib menunjukkan bahwa meminta bantuan pada kekuatan mistis membawa konsekuensi yang berat. (Dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Situ Bagendit, Karma Alam Akibat Loba

Cerita Rakyat Riau, Kisah Putra Mahkota Lokan yang Dikutuk

Bukit Selero, Legenda Pengorbanan Ibu di Sumatera Selatan

Gunung Wurung, Gunung yang Gagal Dibangun Para Dewa

Legenda Pulau Simardan, Kisah Anak Durhaka Khianati Ibunya

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Tradisi Ngarot, Upacara Adat Para Perawan dan Jejaka
Next Article Revitalisasi Bahasa Jawa Momentum Kebangkitan Budaya
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?