Kue Gumpur, camilan khas dari Desa Gumiwang, Selomanik, Kaliwiro, Kabupaten Wonosobo, semakin dikenal luas.
Produk yang dikembangkan Partimah atau akrab disapa Bu Toyo ini telah menembus pasar di luar daerah, termasuk Temanggung dan Pekalongan.
Berawal dari Eksperimen Hingga Produk Andalan
Usaha industri rumah tangga ini dimulai sejak pertengahan 1990-an.
Awalnya, Bu Toyo memproduksi berbagai camilan seperti sale pisang, rempeyek, dan keripik.
Namun, pada tahun 2003, seorang tetangganya yang bekerja di Singapura memperkenalkan resep kue khas yang sering disajikan saat Lebaran.
Tertarik dengan ide itu, Bu Toyo mencoba membuatnya sendiri, meski awalnya hasilnya belum sempurna.
Bersama dua adiknya, ia terus bereksperimen hingga menemukan formula yang pas.
Baca Juga: Desa Talunombo Sukses Kembangkan Budidaya Pisang Cavendish
Kue ini kemudian dipasarkan dengan merek Tiga Saudara, yang merujuk pada keterlibatan tiga bersaudara dalam pembuatannya.
“Pemerintah daerah sempat mengundang saya untuk mengikuti pameran. Dari situlah semakin banyak orang mengenal kue ini,” ujar Bu Toyo.
Nama “Gumpur” sendiri merupakan gabungan dari Gumiwang—tempat asalnya—dan Singapura, sebagai inspirasi asal resep.

Proses Pembuatan Kue Gumpur
Kue Gumpur dibuat menggunakan bahan-bahan terpilih berkualitas tinggi dan halal, tanpa bahan pengawet, sehingga lebih aman dikonsumsi oleh semua kalangan.
Pembuatan Kue Gumpur dimulai dengan mencampurkan tepung terigu berkualitas tinggi dengan air garam hingga membentuk adonan yang kalis dan elastis.
Setelah itu, adonan didiamkan selama beberapa saat agar lebih mudah dibentuk.
Langkah berikutnya adalah memipihkan adonan hingga ketebalan tertentu sebanyak 3 kali, lalu mengolesinya dengan larutan tepung kanji agar menghasilkan tekstur renyah.
Setelah diolesi, adonan ditaburi wijen secara merata untuk memberikan cita rasa khas.
Baca Juga: Denyut Ekonomi di Pasar Panggotan Kaliwiro pada Pasaran Pahing
Adonan yang telah diproses kemudian digulung dengan rapi dan dipotong kecil-kecil menggunakan pisau tajam agar bentuknya seragam.
Potongan itu selanjutnya dipipihkan menggunakan pencetak dan digoreng dalam minyak panas dengan suhu yang stabil.
Proses penggorengan dilakukan dalam waktu tertentu hingga kue berubah warna menjadi keemasan.
Setelah matang, Kue Gumpur ditiriskan untuk mengurangi kadar minyak, lalu didiamkan hingga dingin sebelum dikemas dalam plastik kedap udara agar tetap renyah dan tahan lama.

Varian Rasa dan Harga
Kue Gumpur hadir dalam tiga varian rasa, yakni manis dengan perpaduan rasa gurih dan sensasi manis dari gula, asin yang lebih kaya cita rasa berkat tambahan bumbu penyedap, serta pedas yang menawarkan sensasi lebih kuat dengan tambahan bubuk cabai.
Dari segi harga, produk ini tersedia dalam beberapa pilihan kemasan, yaitu kemasan 200 gram seharga Rp12.000, kemasan 500 gram seharga Rp25.000, dan kemasan 1 kilogram seharga Rp55.000.
Untuk pembelian dalam jumlah besar, terutama bagi reseller yang ingin memasarkan produk ini ke daerah lain, harga dapat disesuaikan sesuai kesepakatan.
Baca Juga: Cerutu Swating, Inovasi Berkelas dari Tembakau Khas Tieng
Saat ini, Kue Gumpur telah dipasarkan ke berbagai daerah, baik di dalam maupun luar kota.
Beberapa kota yang sudah menjadi tujuan distribusi antara lain Temanggung, Magelang, Semarang, Purwokerto, Pekalongan, Kebumen, dan Banjarnegara.
Selain dijual langsung di pusat oleh-oleh dan mini market, produk ini juga tersedia melalui pemesanan online, sehingga pembeli dari luar daerah dapat dengan mudah mendapatkannya.
Harapan dan Rencana Pengembangan
Bu Toyo berharap Kue Gumpur dapat terus diminati dan berkembang lebih luas.
“Saya ingin produk ini dikenal lebih banyak orang dan bisa terus menjaga kualitasnya,” ungkapnya.
Selain sebagai sumber penghasilan, usaha ini juga membuka peluang kerja bagi warga sekitar.
Dengan semakin meningkatnya permintaan, Kue Gumpur “Tiga Saudara” kini menjadi salah satu kekayaan produk camilan khas Wonosobo.