Desa Pekunden, yang terletak di Kecamatan Kutowinangun, Kebumen, Jawa Tengah, memiliki sejarah yang menarik dan penuh legenda menurut cerita para sesepuh setempat. Berdasarkan informasi dari laman resmi kebumenkab.go.id, pada sekitar tahun 1290, wilayah desa ini masih berupa hutan belantara tanpa penghuni.
Legenda menyebutkan bahwa dua tokoh, Samaran dan Kyai Sarageni, yang berasal dari Kerajaan Majapahit, adalah pelopor berdirinya Desa Pekunden. Kedua tokoh ini dikenal memiliki kemampuan luar biasa: Kyai Sarageni mampu “mematikan api” sementara Nyai Beber, yang juga menjadi bagian dari cerita ini, dikenal dengan kemampuan “terbang.”
Saat mereka hendak membagi wilayah tersebut, batas-batasnya masih belum jelas. Mereka pun memutuskan untuk membakar sebagian hutan belantara itu sebagai penanda. Kyai Sarageni mengambil wilayah barat, dan Nyai Beber mengambil wilayah timur. Namun, ketika api mulai berkobar, kekuatan angin yang kuat dan musim kemarau menyebabkan kebakaran hebat yang berlangsung beberapa hari. Kyai Sarageni akhirnya memadamkan api di wilayah barat karena hampir mencapai daerah yang sudah ada penghuninya, yang kemudian dikenal sebagai Pedukuhan Ropoh atau Popoh, yang berarti “memadamkan api.”
Setelah kebakaran tersebut, kedua tokoh sepakat untuk membagi wilayah. Wilayah timur dinamakan Kalisetra, sementara wilayah barat diberi nama Pekunden. Pada mulanya, kedua wilayah ini berdiri sendiri dengan penguasa yang berbeda, tetapi seiring berjalannya waktu, semakin banyak penduduk yang datang dan menetap di wilayah-wilayah tersebut.
Pada masa penjajahan Belanda, penduduk Pekunden dan Kalisetra sepakat untuk menyatukan kedua wilayah mereka menjadi satu desa demi menghadapi tekanan penjajah. Nama “Pekunden” dipilih setelah dilakukan undian, dan lurah pertama yang terpilih berasal dari Pekunden. Kyai Sarageni dan Nyai Beber akhirnya meninggal dan dimakamkan di wilayah masing-masing. Hingga saat ini, makam keduanya masih diziarahi dan dijaga oleh penduduk setempat.
Pembagian wilayah di desa tersebut tetap mengacu pada sejarah awal, di mana RW I adalah wilayah Pedukuhan Pekunden, dan RW II adalah wilayah Pedukuhan Kalisetra. (Achmad Aristyan – Sumber: kebumenkab.go.id)