By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Mendaki Gunung Mekongga, Permata Alam Sulawesi Tenggara
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Pariwisata > Mendaki Gunung Mekongga, Permata Alam Sulawesi Tenggara
Pariwisata

Mendaki Gunung Mekongga, Permata Alam Sulawesi Tenggara

Anisa Kurniawati
Last updated: 02/01/2025 09:37
Anisa Kurniawati
Share
Puncak Gunung Mekongga yang kerap dijuluki "atap" Sulawesi Tenggara. Foto: Dokumentasi Jelajah Sultra via sultratop.com
SHARE

Gunung Mekongga merupakan kawasan pegunungan yang tertinggi di kawasan pegunungan Mekongga, Sulawesi Utara. Berada di ketinggian2.620 meter(Mdpl), gunung ini memiliki puncak tertinggi bernama mosero-sero.

Secara geografis Gunung Mekongga terbentuk dari tumpuan atol yang kemudian terangkat sejak ratusan tahun lalu. Akibat peristiwa ini banyak berbagai jenis flora dan fauna yang hidup dan berkembang di daerah hutan Gunung Mekongga.

Gunung Mekongga terletak di Kolaka Utara berada di wilayah provinsi Sulawesi Tenggara. Gunung ini menjadi daya tarik bagi pecinta alam, pendaki, dan peneliti yang tertarik mengeksplorasi kekayaan ekosistem hutan tropis di wilayah ini.

Legenda Garuda Raksasa

Seperti pada umumnya tempat yang memiliki cerita legenda, begitu juga dengan Gunung Mekongga. Menurut legenda yang beredar, dulunya di daerah Kolaka terdapat seekor burung garuda raksasa yang terkenal dengan keganasannya. 

Sehari-hari burung pemangsa ini selalu memakan ternak warga. Hingga puncaknya mulai memangsa warga yang tinggal di daerah itu. Warga kemudian meminta bantuan seorang tokoh yang disegani, Larumbalangi, untuk membunuh hewan itu.

Akan tetapi setelah burung garuda raksasa itu terbunuh, bau busuk dari hewan itu menyebabkan wabah penyakit. Banyak warga meninggal, lalu warga meminta bantuan lagi pada Larumbalangi. Setelah hujan turun, secara ajaib wabah itu hilang. 

Tempat terbunuhnya burung garuda yang meresahkan masyarakat itu kemudian diberi nama Mekongga. Nama yang digunakan ini memiliki arti sebagai tempat matinya elang besar atau garuda.

Menurut cerita lain, nama gunung ini diambil dari nama suku tertua di Sulawesi Tenggara yakni Suku Mekongga. Suku ini merupakan penghuni pertama wilayah daratan Sulawesi Tenggara. 

Arena Pendakian

Sejak lama Gunung Mekongga banyak didaki para pecinta alam. Jalur pendakian dibuka pertama kali Mahasiswa Pecinta Alam universitas Halu Oleo Kendari (Mahacala Unhalu) pada tahun 1995.

Hingga saat ini jalur tersebut masih menjadi jalur utama pendakian menuju puncaknya. Aksesnya tergolong terjal sehingga membutuhkan waktu 5 – 6 hari untuk sampai ke puncaknya.

Terdapat 5 pos pendakian. Star pendakian berada di desa Tinukari Kecamatan Rante Angin , Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara. Di sepanjang perjalanan terdapat 3 camp pendakian.

Batu pendanda kawasan Puncak Gunung Mekongga di Sulawesi Tenggara. Foto: GoogleMaps/ Kiki Kurniawan

Camp pertama di ketinggian 480 mdpl merupakan kawasan hutan lindung. Camp kedua berada di ketinggian 1. 380 mdpl. Trek menuju camp 2 ini melalui jalan menanjak sebab banyak longsoran tanah

Camp 3 terletak setelah melewati Musero-Sero. Tempat ini menjadi camp terakhir. Selanjutnya Jalanan akan terus menanjak hingga puncak gunung yang berjenis karst. 

Gunung Mekongga adalah simbol keindahan dan kekayaan alam Sulawesi Tenggara. Dengan segala daya tariknya, gunung ini bukan hanya menjadi surga bagi para pecinta alam, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.

You Might Also Like

Jembatan Barelang, Ikon Wisata dan Pembangunan Batam

Wamenpar Ajak Wisatawan ke DeLoano Glamping Magelang

Misteri Ikan Dewa dan Sejarah Balong Keramat Darmaloka

5 Desa Wisata Budaya Unik dan Eksotis di Indonesia

Kampung Pitu, Kampung Tujuh Kepala Keluarga di Gunung Kidul

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Festival Blora Berkebaya 2024 Ajang Desainer Lokal Unjuk Karya
Next Article Senjata Tradisional Kujang, Pusaka Ikon Budaya Jawa Barat
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?