Setiap tahun, tepat pada tanggal 20 Mei, bangsa Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional.
Namun, tak sedikit masyarakat yang mungkin bertanya-tanya, mengapa tanggal ini dipilih sebagai tonggak peringatan kebangkitan bangsa?
Untuk menjawab rasa penasaran, perlu ditelusuri kembali sejarah penting yang melatarbelakanginya.
Hari Kebangkitan Nasional ditetapkan untuk mengenang lahirnya organisasi Budi Utomo, sebuah organisasi yang berperan besar dalam mengawali semangat perjuangan bangsa melawan penjajah.
Baca Juga: Waisak, Sejarah dan Makna Peringatan Hari Raya Buddha di Indonesia
Dalam buku Muhammadiyah Kiri karya Syifaul Arifin, disebutkan bahwa peringatan Hari Kebangkitan Nasional bertujuan untuk mengenang jejak organisasi Budi Utomo dalam merintis kesadaran nasional di tengah masyarakat Indonesia.
Organisasi ini menjadi simbol awal pergerakan yang menyadarkan masyarakat untuk bangkit dan bersatu melawan penjajahan.
Penetapan Resmi Pemerintah
Pemerintah secara resmi menetapkan tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tertanggal 16 Desember 1959.
Penetapan ini bukan tanpa alasan. Sebab, tanggal itu bertepatan dengan berdirinya Budi Utomo pada 20 Mei 1908, yang menjadi cikal bakal pergerakan nasional.
Seperti dijelaskan dalam buku Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi karya Dr. Laros Tuhuteru, M.Pd, organisasi Budi Utomo merupakan pelopor dalam membentuk kesadaran nasional dan semangat perjuangan menuju kemerdekaan.
Organisasi ini menjadi simbol perubahan dari perlawanan individual menjadi gerakan kolektif yang terorganisir.
Latar Belakang Sejarah Hari Kebangkitan Nasional
Lahirnya Budi Utomo tak lepas dari kegelisahan para pemuda terpelajar saat itu terhadap kondisi bangsa yang tertinggal akibat penjajahan.
Kegelisahan ini mendorong munculnya semangat kolektif untuk memperbaiki nasib bangsa, dimulai dengan pembentukan organisasi yang terstruktur.
Organisasi ini didirikan dr. Wahidin Soedirohoesodo, seorang tokoh pelajar dari STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen), yang kemudian mengajak dr. Soetomo dan rekan-rekannya untuk mendirikan Budi Utomo.
Dalam buku Sejarah karya Drs. Anwar Kurnia dan Drs. H. Moh. Suryana, dijelaskan bahwa Budi Utomo didirikan dengan tujuan utama memajukan pendidikan dan kebudayaan bangsa Indonesia, khususnya di kalangan pribumi Jawa dan Madura.
Tiga prinsip dasar yang dipegang organisasi ini adalah:
- Tidak terlibat dalam kegiatan politik.
- Fokus pada bidang pendidikan dan budaya.
- Beroperasi di wilayah Jawa dan Madura.
Meskipun tidak secara langsung bersifat politis, pergerakan ini dianggap monumental karena menjadi cikal bakal tumbuhnya nasionalisme Indonesia.
Tiga Periode Sejarah Kebangkitan Nasional
Berdasarkan buku Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia: Dari Budi Utomo sampai dengan Pengakuan Kedaulatan yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kebangkitan Nasional terbagi dalam tiga periode besar, yaitu:
1. Periode Perjuangan Mencapai Kemerdekaan (1900–1945)
Periode ini ditandai berdirinya Budi Utomo sebagai awal gerakan kolektif.
Jika sebelumnya RA Kartini memperjuangkan kesadaran bangsa secara individu, maka Budi Utomo menghadirkan semangat kolektif menuju kemerdekaan yang puncaknya ditandai dengan Proklamasi 17 Agustus 1945.
2. Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan (1945–1950)
Setelah merdeka, bangsa Indonesia harus menghadapi upaya Belanda yang ingin kembali menjajah dengan bantuan Sekutu.
Perjuangan dalam fase ini dilakukan melalui diplomasi dan pertempuran, hingga akhirnya Indonesia mendapat pengakuan kedaulatan secara internasional.
3. Perjuangan Mengisi Kemerdekaan (1950–sekarang)
Semangat kebangkitan terus berlanjut dalam bentuk pembangunan nasional.
Generasi setelah kemerdekaan memiliki tugas untuk mewujudkan cita-cita bangsa lewat pendidikan, kemajuan ekonomi, hingga pemantapan jati diri bangsa Indonesia.
Baca Juga: Candi Borobudur di Magelang dan Perjalanan Sejarah Penemuannya
Makna Hari Kebangkitan Nasional Bagi Generasi Kini
Hari Kebangkitan Nasional bukan sekadar peringatan sejarah. Dalam buku Perkokoh Ke-Indonesia-an Kita Kompilasi Pemikiran & Opini karya KRAT Suharyono S. Hadinagoro, peringatan ini menjadi momentum harapan bangsa Indonesia di masa kini dan masa depan.
Generasi muda diharapkan dapat mewarisi nilai-nilai semangat kebangkitan, seperti semangat persatuan, kemandirian, dan keinginan untuk membangun bangsa menjadi lebih bermartabat dan berdaya saing.
Hari Kebangkitan Nasional juga menjadi ajang refleksi bahwa bangsa Indonesia harus selalu memiliki pola pikir terbuka, berdikari, dan mampu menjawab tantangan zaman dengan tetap berpegang pada semangat kebangsaan.
Dengan menelusuri kembali sejarah Budi Utomo dan semangat awal Kebangkitan Nasional, kita bisa memahami bahwa peringatan 20 Mei bukan hanya mengenang masa lalu.
Melainkan sebuah pengingat kolektif bahwa perjuangan bangsa terus berlanjut, dari kemerdekaan fisik hingga pembangunan jiwa dan karakter bangsa.