Kota Tua Padang atau Padang Lam, terletak di sepanjang Sungai Batang Arau yang membagi kawasan Kota Padang dengan bukit yang dikenal dengan Gunung Padang. Di kawasan ini terletak Pelabuhan Muara yang menjadi saksi sejarah jalur rempah.
Kota Tua Padang dulunya menjadi pusat perdagangan yang dilakukan VOC pada tahun 1663. Kedatangan awal Belanda ke Sumatra Barat pada awalnya bertujuan untuk berdagang. Namun, beralih untuk menguasai Padang seutuhnya karena kekayaan rempah-rempahnya.
Kemudian, melalui orang bagak, Belanda meminta izin untuk membuat bangunan sebagai identitas kehadirannya di sana. Bangunan benteng yang diperkirakan berdiri pada abad ke-19, dijadikan sebagai tempat niaga sekaligus tempat impor barang oleh Belanda.
Sampai saat ini bangunan tersebut menjadi hunian, meski beberapa ada yang rusak. Dalam catatan sejarah, bangunan benteng pernah dihancurkan oleh Inggris pada tahun 1781, tetapi banyak sumber yang tidak menyebutkan.
Seiring dengan kedatangan Belanda ke Padang, Pelabuhan Muaro digunakan sebagai jalur keluar-masuk kapal-kapal yang membawa hasil bumi. Di lokasi ini, Belanda mendirikan bangunan di sepanjang aliran Sungai Batang Arau.
Kedatangan Belanda memunculkan kegelisahan masyarakat. Bangunan tersebut bahan pernah di serang dan dihancurkan masyarakat pada 7 Agustus 1661. Hingga saat ini, peninggalan masa kolonial di Padang masih dapat kita nikmati sebagai objek wisata.
Selain Pelabuhan Muaro, kawasan Gunung Padang juga menjadi bagian penting dalam Jalur Rempah Sumatra Barat. Kawasan tersebut merupakan sebuah bukit kecil indah yang terletak di atas permukaan laut. Di sekitar kawasan tersebut banyak ditemukan peninggalan Jepang, seperti bungker dan BOW yang pada saat itu digunakan sebagai kantor dinas PU.
Di Gunung Padang, peninggalan jejak jalur rempah bisa dilihat dari rel kereta api yang sudah tidak berfungsi. Dulunya rel tersebut digunakan sebagai jalur untuk pengangkutan batu bara dan rempah-rempah dari Pulau Air ke pelabuhan.
Di puncak gunung, terdapat batteray yang berfungsi untuk pertahanan sekaligus perlindungan ketika menembak musuh, ada juga makam dan bangunan kecil yang sudah tidak bisa dibuka kembali, sehingga pengunjung tidak tahu isinya apa.
Komoditas rempah-rempah utama di Sumatra Barat, yaitu gambir, kayu manis, dan gaharu. Kekayaan rempah ini tercermin juga dengan kekhasan masakan Sumatera Barat yang kaya akan rempah-rempah. Misalnya seperti rendang yang menjadi kuliner terkenal dan ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda UNESCO. (Anisa Kurniawati-Sumber: jalurrempah.kemdikbud.go.id)