By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Seni Gaok, Kesenian Membaca Puisi Sunda dari Majalengka
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Seni Gaok, Kesenian Membaca Puisi Sunda dari Majalengka
Warisan Budaya

Seni Gaok, Kesenian Membaca Puisi Sunda dari Majalengka

Anisa Kurniawati
Last updated: 30/10/2024 23:40
Anisa Kurniawati
Share
5 Min Read
Foto: indonesiakaya.com
SHARE

Seni gaok, salah satu kesenian dari Majalengka yang hampir punah.  Kata Gaok sendiri berasal dari kata “gorowok” artinya berteriak. Kesenian ini adalah menyampaikan wacana dalam bentuk pupuh atau puisi tradisional Sunda.  

Kesenian ini sudah berkembang sejak abad ke -17 pada masa Pemerintahan Pangeran Muhammad. Sementara tokoh yang berperan mengembangkannya adalah Sabda Wangsaharja sekitar tahun 1920-an di Kulur, Majalengka.

Dilansir dari Disbudpar Majalengka, 2012, gaok merupakan kesenian jenis mamaoas (membaca teks) atau disebut juga wawacan, dari kata wawar ka nu acan (memberi tahu kepada yang belum mengetahui) seni gaok biasa disuguhkan untuk keperluan ritual atau upacara adat.

Menurut Muhamad Ridwan, selaku juru muda pada wawancaranya di SMPN 3 Majalengka, 14 Desember 2023, dulunya gaok digunakan sebagai kode ketika berada di hutan. Ketika merasa takut atau terancam mereka akan berteriak mencari teman. Kemudian dijawab oleh teman di sisi lain hutan. Sehingga akhirnya saling bersahutan dan menjadi seni.  

Baca Juga: Tari Topeng Randegan Wetan Majalengka Menunggu Pewaris

Dibawakan dengan Suara Melengking

Gaok dibawakan dengan cara memaparkan wacanan, namun dinyanyikan dengan cara berteriak melalui suara khas melengking tanpa iringan musik. Biasanya kesenian ini dimainkan oleh empat sampai enam orang pemain laki-laki. Selebihnya akan mengulangi perkataan dalang dengan nadi tinggi atau yang disebut sebagai juru mamaos. 

Baju yang digunakan adalah baju kampret atau toro, lengkap dengan ikat. Ciri khas kesenian ini terletak pada suara melengking (nga-Gaok) dan saling balas alukan komentar atau improvisasi suara yang dilakukan oleh beberapa orang. 

Dulunya gaok dibawakan tanpa iringan musik. Seiring perkembangannya dilengkapi dengan alat musik berupa songsong (bambu) dan buyung (tempat menyimpan air dari tembaga). Namun iringan tersebut, hanya digunakan sebagai pembuka saja. Saat ini, gaok sendiri ada yang sudah diiringi beberapa alat musik seperti kecapi, rebab, kendang, dan gong. 

Seni gaok dulunya dipertunjukkan pada saat tertentu. Seperti pada upacara Babarit Pare atau syukuran ketika padi akan dipanen dan juga pada ritual Ngayun atau acara syukuran kelahiran bayi yang sudah memasuki usia 40 hari. Kemudian gaok berkembang menjadi biasa dipentaskan pada acara sunatan, khitanan, pernikahan dan lainnya. 

Baca Juga: Tari Beskalan, Seni yang Bermula Penari Jalanan

Dalam pertunjukannya, seni gaok lebih sering dibawakan tanpa panggung dengan membawakan suatu cerita (babad). Cerita tersebut dibaca dari suatu buku yang disebut wawacan (bacaan) yaitu cerita yang ditulis dalam puisi tradisional atau pupuh.

Satu wawacan atau satu (episode) cerita secara keseluruhan terdiri dari 17. Namun biasanya hanya dibawakan sebagian saja. Ada 4 pupuh yang selalu ada, yaitu Kinanti, Sinom, Asmarandana, dan Dangdangggula, yang dalam dunia sastra Sunda disebut pupuh besar. Pupuh tersebut bercerita tentang Cerita Umar Maya, Sulanjana, Barjah, Samun dan lainnya. 

Diujung Kepunahan

Memasuki tahun 2000-an, Gaok sudah jarang dipentaskan. Salah satu sebabnya karena kemajuan zaman. Selain itu, para penutur Gaok sudah banyak yang meninggal, sebagian masih hidup tetapi sudah tidak aktif lagi karena faktor usia

Salah satu seniman gaok yang masih tersisa adalah Bah Rukmin yang berasal dari Kampung Tari Kolot, Desa Kulur, Kecamatan Majalengka. Bah Rukmin adalah murid langsung dari Sabda Wangsahardja. Ia telah menjadi juru Gaok sejak tahun 1963.  

Dulunya dia belajar Saninta sebagai pengajar vokal dan Syukur sebagai pengajar bahasa Arab. Karena dulu naskah gaok ada yang ditulis menggunakan huruf Arab Pegon. Setelah menguasai kesenian tersebut, ia kemudian mulai mengembangkan seni gaok.

Baca Juga: Thong-Thong Lek, Seni Tradisi Hiasi Bulan Ramadhan

Dirangkum dari detik.com, Fakhrurozi, seorang peneliti etnografi menjelaskan beberapa upaya yang dilakukan untuk melestarikan seni goak. Salah satunya yaitu dengan mendirikan sanggar “Sinar Kiara Rambay”. Selain itu pada tahun 2000-an, ia juga pernah menambahkan unsur musik, lagu, dan komedi. 

Upayanya cukup membuahkan hasil. Beberapa penonton kembali tertarik dan antusias pada seni ini. Namun, saat ini eksistensi gaok di Majalengka sudah mulai menurun kembali. Hingga kini masih belum ada penerus yang konsisten untuk melanjutkan kesenian ini. 

(Ditulis dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Para Biksu Ambil Air Suci di Umbul Jumprit untuk Waisak

Sajian Istimewa Olahan Ikan Brekecek Pathak Jahan

Keunikan Sate Blora Kuliner Kaya Cita Rasa

Kue Geplak, Kue Khas Betawi yang Hampir Punah

Lalampa, Nasi Ikan Daun Pisang Khas Pulau Sula Maluku Utara

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Tari Topeng Randegan Wetan Majalengka Menunggu Pewaris
Next Article Situ Cipanten Majalengka, Wisata Danau Tiga Warna
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Tradisi Motong Kebo Andil
Tradisi Motong Kebo Andil, Warisan Budaya Depok yang Terus Lestari
Event 17/05/2025
lebaran depok 2025
Lebaran Depok 2025, Ajang Pelestarian Tradisi dan Budaya
Event 17/05/2025
Gawe Dayak Naik Dango
Gawe Dayak Naik Dango XXV, Tradisi Syukuran Panen Kota Singkawang
Event 17/05/2025
Geopark Kaldera Toba
Kemenpar Tindaklanjuti Peringatan “Yellow Card” UNESCO untuk Geopark Kaldera Toba
Berita 17/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?