Patung biawak yang berdiri kokoh di Desa Krasak, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, mendadak jadi perbincangan hangat di media sosial.
Viral sejak awal April 2025, patung itu kini mendatangkan gelombang pengunjung dari berbagai daerah.
Meski pembangunannya belum rampung sepenuhnya, antusiasme masyarakat sudah melambung tinggi.
Menurut Ifan Shofia, Pembina Karang Taruna Pemuda Menyawak, patung biawak itu sejatinya baru mencapai 50 persen dari rencana keseluruhan.
“Masih akan dibangun taman di belakangnya dan ditambah tempat duduk untuk pengunjung. Tapi meski belum jadi, pengunjung sudah ramai berdatangan,” jelas Ifan saat ditemui di lokasi pada Kamis (23/4/2025).
Bupati Wonosobo Apresiasi TP PKK dalam Pembangunan Keluarga Berkualitas
Patung ini tak sekadar karya seni, tetapi juga sarat nilai sejarah.
Ifan menjelaskan bahwa nama “Krasak” berasal dari suara gemerisik yang terdengar kala rombongan kerajaan beristirahat di wilayah itu.
Suara itu berasal dari seekor biawak, satwa endemik yang dulu banyak ditemukan di kawasan itu.
Pembangunan patung biawak juga diinisiasi untuk mengangkat kesadaran terhadap perlindungan satwa liar yang kerap diburu.
“Kami ingin mengedukasi masyarakat, sekaligus memberi ikon baru bagi desa. Ternyata responnya luar biasa, melebihi ekspektasi,” kata Ifan.
Meski sempat muncul kabar bahwa patung itu menelan anggaran hingga Rp50 juta, Ifan menegaskan Karang Taruna hanya sebagai penerima manfaat.
“Yang kami tahu, dananya dari CSR BUMD dan gotong royong warga. Bukan dari APBD,” tambahnya.
Seniman lokal Rejo Arianto dipercaya sebagai pembuat patung itu. Butuh waktu sekitar satu setengah bulan untuk merampungkannya.
Hasilnya, sebuah karya realistik yang kini jadi latar foto favorit para pengunjung.
Salah satunya adalah Calista Damayanti, warga Jaraksari, Wonosobo, yang mengaku datang khusus untuk membuat konten.
“Harganya Rp50 juta tapi hasilnya bagus banget, mirip asli. Saya datang ke sini buat foto-foto dan konten jersey,” ujarnya.
Dari Banjarnegara, seorang pengunjung bernama Hajuli pun datang untuk membuktikan keberadaan patung yang viral itu.
“Saya lihat di berita, katanya patung biawak ini keren. Pas datang, ternyata memang bagus. Baru pertama kali ke sini, langsung takjub,” katanya.
Iput Tambeng, warga Wediasin, Selomerto, mengungkapkan kebanggaannya sebagai warga Wonosobo.
“Dulu belum banyak yang tahu patung ini. Sekarang ramai banget. Saya senang karena banyak yang datang, semoga makin bagus ke depannya,” ucapnya.
Halal Bihalal PKKW dan PPDI, Perkuat Kebersamaan Perangkat Desa Wonosobo
Bahkan, bagi seorang fotografer seperti Dewa Muji dari Tembelang, kehadiran patung ini menjadi simbol penyambut warga yang melintasi perbatasan kota.
“Saya pulang dari Sawangan, lihat patung ini langsung berhenti dan foto. Sekarang tiap ke sini, pengunjung sudah ramai. Warung-warung pun ikut laris,” ujarnya.
Hal itu diamini Setyowati, pemilik warung di sekitar lokasi. Ia mengaku dagangannya kini lebih cepat habis dibanding hari-hari biasa.
“Sejak patung ini viral, pengunjung mulai datang sejak subuh sampai jam satu malam. Warung saya jadi ramai terus. Alhamdulillah,” ujarnya sambil tersenyum.

Meski belum selesai sepenuhnya, Karang Taruna dan warga berharap momentum ini terus membawa dampak positif.
“Kami ingin ikon ini memicu pemberdayaan pemuda, terutama dalam bidang ekonomi,” tutup Ifan Shofia.