Seni grafiti kini menjadi media yang tak hanya berbicara soal ekspresi pribadi, tetapi juga sebagai alat untuk memperkenalkan dan memperkuat identitas lokal.
Hal ini dilakukan Rizqi Fauzi Juliansyah, yang lebih dikenal dengan nama Riskireas atau Reas, seniman grafiti asal Bantul yang sejak tahun 2023 telah melakukan projek penandaan nama-nama daerah di Yogyakarta dengan karya grafiti.
Reas, yang berusia 25 tahun, telah berhasil menyelesaikan sekitar 19 titik grafiti yang tersebar di beberapa wilayah Kota Yogyakarta dan pinggiran, termasuk nama kelurahan, kecamatan, dan kampung.
“Projek penandaan nama daerah dengan grafiti ini berawal dari keresahan pribadi saya melihat banyak nama-nama daerah atau kampung yang sebenarnya punya sejarah atau identitas kuat,” kata Reas saat dihubungi pada Kamis (24/04/2025) dikutip dari jogjaprov.go.id.
Baca Juga: Workshop Sanggar Ngesti Laras Ajak Cintai Bundengan dan Tari
Reas mulai menggambar nama-nama daerah itu menggunakan gaya grafiti sejak 2023, sebagai bentuk penanda visual sekaligus untuk memperkuat identitas lokal.
“Tujuannya agar warga sekitar, terutama generasi muda, lebih bangga dengan daerahnya dan sekaligus mengenalkan identitas itu ke orang luar,” jelas Reas.
Grafiti yang dibuat Reas bisa ditemukan di tembok pinggir jalan, di dalam gang, bahkan dinding sungai, yang kini menjadi ciri khas dari penandaan tersebut.

Reas menambahkan, dalam setiap pengerjaan grafiti, ia selalu berkomunikasi terlebih dahulu dengan pemuda setempat, tokoh masyarakat, serta pihak RT/RW setempat untuk meminta izin.
“Untuk lama pengerjaan tergantung ukuran temboknya, tapi rata-rata satu titik bisa selesai dalam 2 sampai 4 jam. Kebanyakan saya kerjakan sendiri, tapi kadang ada teman-teman atau pemuda yang membantu,” ujar alumnus SMSR jurusan Desain Komunikasi Visual ini.
Projek ini didanai secara swadaya pribadi, meski ada beberapa pihak yang turut memberikan dukungan dana maupun cat.
Respon masyarakat terhadap seni grafiti ini pun positif.
“Masyarakat merasa daerahnya jadi lebih dikenal dan lebih hidup. Beberapa malah minta dibikinkan juga di kampung mereka,” kata Reas, menunjukkan antusiasme warga terhadap seni ini.

Reas berharap, ke depan seni grafiti semakin diterima sebagai bentuk ekspresi yang positif dalam masyarakat.
“Saya juga berharap banyak ruang-ruang publik yang memang disediakan untuk seniman jalanan, supaya bisa berkarya dengan lebih bebas tapi tetap bertanggung jawab,” tambahnya.
Tak hanya berkarya di ruang publik, Reas juga berkolaborasi dengan sesama seniman grafiti dalam berbagai proyek komersil.
Baca Juga: Melengkapi Patung Biawak, Rejo Arianto Gelar Aksi Melukis dan Lelang
Ia sering menggambar mural di kafe atau berkolaborasi dengan brand-brand lokal, dan juga membuat desain logo khas grafiti.
Seni grafiti bagi Reas bukan sekadar lukisan, melainkan sebuah media untuk menyampaikan pesan dan memperkenalkan identitas lokal yang penuh makna.
