By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Ruwat Pepunden Kiai Joko Nolo, Tradisi Warga Lereng Sumbing 
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Ruwat Pepunden Kiai Joko Nolo, Tradisi Warga Lereng Sumbing 
Tradisi

Ruwat Pepunden Kiai Joko Nolo, Tradisi Warga Lereng Sumbing 

Anisa Kurniawati
Last updated: 31/12/2024 04:51
Anisa Kurniawati
Share
Tradisi Ruwat Pepunden Kiai Joko Nolo media pelestarian budaya dan penguatan ikatan sosial masyarakat. Foto: jatengprov.go.id
SHARE

Dusun Tanggung, Desa Tanjungsari, Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, memiliki tradisi unik yaitu Ruwat Pepunden Kiai Joko Nolo. Tradisi yang dilaksanakan warga lereng gunung Sumbing ini sudah dilakukan secara turun-temurun.

Tujuan tradisi ini untuk  menghormati Kiai Joko Nolo, tokoh yang diyakini sebagai pendiri dusun dan penyebar agama Islam di lereng Gunung Sumbing. 

Tidak hanya warga setempat yang ikut tradisi ini. Namun juga warga luar daerah yang memiliki kerabat atau keluarga yang dimakamkan di lokasi pemakaman dusun setempat juga turut memeriahkan tradisi ini. 

Kiai Joko Nolo sendiri adalah sosok yang membuka Dusun Tanggung. Selain itu, dia juga penyiar agama Islam di daerah lereng Gunung Sumbing. Makamnya sendiri kerap dikunjungi orang-orang untuk berziarah. 

Kirab Empat Tumpeng

Prosesi ruwat pepunden dimulai dari malam sebelum kirab dengan pengambilan air suci dari sumber mata air Sendang Candi oleh para sesepuh dan warga setempat.

Air ini kemudian digunakan untuk membersihkan kompleks makam Kiai Joko Nolo. Selain itu juga termasuk batu-batu peninggalan yang ada di sana, dibasuh dengan air petirtan dan ditaburi bunga.

Setelah itu, warga menggelar doa bersama di area pemakaman sebagai bentuk penghormatan dan permohonan berkah.

Salah satu rangkaian penting dalam tradisi ini adalah kirab empat tumpeng rombyong dan air petirtan. Kirab ini melibatkan arak-arakan tumpeng dan air suci yang dibawa mengelilingi dusun, diikuti warga dengan penuh khidmat. 

Destinasi Wisata Religi

Setelah kirab, acara dilanjutkan dengan kembul bujono atau makan bersama. Tahapan ini melambangkan kerukunan dan kebersamaan antar warga. Tradisi ini tidak hanya mempererat warga setempat tetapi telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat lereng Sumbing.

Tradisi ruwat pepunden mengandung nilai moral yang tinggi dan dapat membentuk sikap beradab di kalangan masyarakat. Kedepannya, menurut Kepala Desa Tanjungsari seperti yang dilansir dari jatengprov.go.id, akan mengembangkan kompleks makam Kiai Joko Nolo.

Kompleks ini rencananya akan dikembangkan sebagai destinasi wisata religi, dengan tetap menjaga keaslian tradisi dan nilai-nilai agama yang ada. 

Terkait hal ini, Tradisi Ruwat Pepunden Kiai Joko Nolo tidak hanya menjadi sarana penghormatan kepada leluhur, tetapi juga sebagai media pelestarian budaya dan penguatan ikatan sosial di kalangan masyarakat Dusun Tanggung. (Diolah dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Menyelamatkan Tradisi Nyadran Dengan Pengaturan Keuangan

Seni Rajah Mentawai, Warisan Seni Tertua di Dunia

Tradisi Tolak Bala Robo-Robo, Warisan Leluhur Kalimantan Barat

Ondel-Ondel, Boneka Raksasa Ikon Jakarta

Sejarah Waisak di Candi Borobudur, Dari Dinasti Syailendra-Sekarang

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Museum Desa dan Galeri Seni Borobudu Candi Borobudur Hadirkan Destinasi Wisata Edukasi Baru 
Next Article Gedung Naskah Linggarjati, Saksi Sejarah Perjuangan Indonesia
1 Comment 1 Comment
  • Pingback: Bupati Gunungkidul Jalani Prosesi Ruwatan Demi Kepemimpinan yang Lurus - emmanus.com

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?