Dusun Tanggung, Desa Tanjungsari, Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, memiliki tradisi unik yaitu Ruwat Pepunden Kiai Joko Nolo. Tradisi yang dilaksanakan warga lereng gunung Sumbing ini sudah dilakukan secara turun-temurun.
Tujuan tradisi ini untuk menghormati Kiai Joko Nolo, tokoh yang diyakini sebagai pendiri dusun dan penyebar agama Islam di lereng Gunung Sumbing.
Tidak hanya warga setempat yang ikut tradisi ini. Namun juga warga luar daerah yang memiliki kerabat atau keluarga yang dimakamkan di lokasi pemakaman dusun setempat juga turut memeriahkan tradisi ini.
Kiai Joko Nolo sendiri adalah sosok yang membuka Dusun Tanggung. Selain itu, dia juga penyiar agama Islam di daerah lereng Gunung Sumbing. Makamnya sendiri kerap dikunjungi orang-orang untuk berziarah.
Kirab Empat Tumpeng
Prosesi ruwat pepunden dimulai dari malam sebelum kirab dengan pengambilan air suci dari sumber mata air Sendang Candi oleh para sesepuh dan warga setempat.
Air ini kemudian digunakan untuk membersihkan kompleks makam Kiai Joko Nolo. Selain itu juga termasuk batu-batu peninggalan yang ada di sana, dibasuh dengan air petirtan dan ditaburi bunga.
Setelah itu, warga menggelar doa bersama di area pemakaman sebagai bentuk penghormatan dan permohonan berkah.
Salah satu rangkaian penting dalam tradisi ini adalah kirab empat tumpeng rombyong dan air petirtan. Kirab ini melibatkan arak-arakan tumpeng dan air suci yang dibawa mengelilingi dusun, diikuti warga dengan penuh khidmat.
Destinasi Wisata Religi
Setelah kirab, acara dilanjutkan dengan kembul bujono atau makan bersama. Tahapan ini melambangkan kerukunan dan kebersamaan antar warga. Tradisi ini tidak hanya mempererat warga setempat tetapi telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat lereng Sumbing.
Tradisi ruwat pepunden mengandung nilai moral yang tinggi dan dapat membentuk sikap beradab di kalangan masyarakat. Kedepannya, menurut Kepala Desa Tanjungsari seperti yang dilansir dari jatengprov.go.id, akan mengembangkan kompleks makam Kiai Joko Nolo.
Kompleks ini rencananya akan dikembangkan sebagai destinasi wisata religi, dengan tetap menjaga keaslian tradisi dan nilai-nilai agama yang ada.
Terkait hal ini, Tradisi Ruwat Pepunden Kiai Joko Nolo tidak hanya menjadi sarana penghormatan kepada leluhur, tetapi juga sebagai media pelestarian budaya dan penguatan ikatan sosial di kalangan masyarakat Dusun Tanggung. (Diolah dari berbagai sumber)