Kota Malang, memiliki sejarah panjang yang kaya dengan budaya, perdagangan, dan peran penting dalam perkembangan Indonesia. Lintasan Sejarah Kota Malang yang penuh warna dan peristiwa telah membentuk identitasnya sebagai salah satu kota penting di Jawa Timur.
Dilansir dari Wikipedia, sejarah Malang dimulai pada zaman kerajaan Hindu-Buddha yang berkuasa di Jawa Timur. Bukti pertama yang menunjukkan keberadaan Malang dapat ditemukan melalui prasasti-prasasti yang ditemukan di wilayah ini. Salah satunya adalah prasasti dari era Kerajaan Singhasari, sebuah kerajaan Hindu-Buddha yang berdiri pada abad ke-13.
Singhasari berlokasi sekitar kawasan Malang. Kerajaan menjadi yang terkuat pada masanya, dengan raja-raja seperti Kertanegara yang terkenal. Pada masa ini, Malang merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Singhasari yang berpusat di Trowulan, Mojokerto. Setelah Singhasari runtuh akibat serangan Majapahit, Malang menjadi bagian dari Kerajaan Majapahit yang lebih besar.
Di balik segala pesonanya, Kota Malang memiliki sejarah panjang. Penuh warna dan peristiwa yang membentuk identitasnya sebagai salah satu kota penting di Jawa Timur. Merunut ke belakang, sejarah Malang dimulai pada zaman kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha yang berkuasa di Jawa Timur.
Dilansir dari Wikipedia, bukti pertama yang menunjukkan jejak awal wilayah Malang dapat ditemukan melalui prasasti-prasasti yang ditemukan di kawasan sekitar kota ini. Salah satunya adalah prasasti dari era Kerajaan Singhasari, sebuah kerajaan Hindu-Buddha yang berdiri pada abad ke-13.
Cikal Bakal Kota Malang
Singhasari berada di sekitar kawasan Malang, dan kerajaan ini dikenal sebagai salah satu kerajaan yang kuat pada masanya, dengan raja-raja seperti Kertanegara yang terkenal. Pada masa ini, Malang merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Singhasari yang berpusat di Trowulan, Mojokerto.
Setelah Singhasari runtuh akibat serangan dari Majapahit, Malang menjadi bagian dari Kerajaan Majapahit yang lebih besar. Kehidupan masyarakat pada masa itu dipengaruhi tradisi dan kebudayaan Hindu-Buddha yang memperkenalkan berbagai aspek kehidupan seperti arsitektur, seni, dan pertanian yang masih bertahan hingga kini.
Sementara berdasarkan Prasasti Kanjuruhan atau disebut juga Prasasti Dinoyo, dapat ditafsirkan bahwa pada pertengahan abad VIII Masehi telah berdiri satu pusat pemerintahan yang berbentuk kerajaan, yakni Kanjuruhan yang dipimpin raja bijaksana bernama Deva Singha yang memiliki putra bernama Liswa/Limwa.
Setelah Raja Deva Singha wafat, kedudukannya digantikan oleh Liswa/Limwa yang kemudian bergelar Gajayana. Di masa kepemimpinan Raja Gajayana inilah Kanjuruhan yang merupakan cikal bakal Malang mengalami masa keemasan.
Kehidupan di masa itu dipengaruhi tradisi dan budaya Hindu-Buddha yang memperkenalkan berbagai aspek kehidupan seperti arsitektur, seni dan pertanian yang masih bertahan hingga kini.
Baca juga: Museum Angkut, Destinasi Wisata Edukasi Alat Transportasi
Tempat Berlibur
Masuknya penjajahan Belanda pada abad ke-17 mengubah wajah Kota Malang secara signifikan. Malang mulai dikenal orang Eropa pada masa ini sebagai daerah yang subur dan strategis.
Pada abad ke-19, tepatnya pada tahun 1886, Malang diresmikan sebagai sebuah kota administratif di bawah kekuasaan kolonial Belanda. Kota ini menjadi pusat perkebunan, terutama untuk tanaman kopi dan rempah-rempah, yang mendatangkan kekayaan bagi Belanda.
Selama masa kolonial, Malang berkembang menjadi kota yang memiliki banyak bangunan bergaya Eropa. Selain itu, Malang juga menjadi tempat favorit bagi orang Belanda berlibur karena iklimnya yang sejuk.
Banyak vila dan rumah tinggal bergaya kolonial dibangun di area sekitar Malang. Hingga kini bangunan itu masih dapat ditemukan di pusat kota dan menjadi ‘atraksi’ wisata tersendiri.
Pada saat itu, orang Belanda kerap menyebut kota Bandung sebagai Parijs Van Java, sementara kota Malang mendapat julukan Switzerland Van Java karena memiliki alam, iklim dan panoramanya yang memukau.
Baca juga: Coban Rondo, Wisata Air Terjun Legendaris di Malang
Kota Bersejarah
Kota Malang memainkan peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Setelah Jepang menyerah ke Sekutu tahun 1945, Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, 17 Agustus 1945.
Namun, masa-masa setelah kemerdekaan tidak berlangsung mulus. Malang, seperti banyak kota di Jawa Timur, menjadi medan pertempuran antara pasukan Indonesia dan pasukan Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia.
Pada masa Agresi Militer Belanda II (1948), Malang menjadi saksi bisu pertempuran sengit antara pejuang kemerdekaan dan pasukan Belanda. Kota ini sempat dikuasai Belanda, namun pada akhirnya, pasukan Indonesia berhasil merebut kembali Malang setelah perundingan intens.
Perjuangan ini meninggalkan banyak jejak sejarah. Salah satunya Monumen Perjuangan Rakyat Malang menjadi salah satu simbol penghormatan bagi pahlawan yang gugur.
Baca juga: Topeng Malangan, Tari Ikonik dari Malang
Kota Pendidikan
Setelah Indonesia merdeka, Malang terus berkembang pesat, baik dalam aspek sosial, ekonomi, maupun budaya. Seiring dengan perkembangan zaman, Malang memiliki sejumlah perguruan tinggi terkenal antara lain Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang. Kota ini pun mendapat julukan “Kota Pendidikan” karena memiliki banyak pelajar dan mahasiswa yang datang dari berbagai daerah.
Selain itu, keindahan alamnya yang dikelilingi pegunungan dan banyaknya destinasi wisata alam, menjadikan Malang berkembang menjadi salah satu tujuan wisata utama di Jawa Timur.
Wisatawan dapat menjelajahi jejak sejarah dan budaya yang ada di kota ini, seperti di Candi Singosari, Candi Sumberawan, dan berbagai situs bersejarah lainnya. Saat ini, kota Malang terus berkembang dengan infrastruktur yang semakin modern, namun tetap mempertahankan warisan budaya dan sejarah yang kaya. (Dari berbagai sumber)