Masjid Al-Manshur di Wonosobo memiliki tradisi unik yang masih lestari hingga kini: Pengajian Setonan atau Seton. Pengajian ini rutin diselenggarakan setiap hari Sabtu dan dihadiri tidak hanya masyarakat Wonosobo, namun juga luar daerah.
Nama “Seton” berasal dari kata “Setu”, yang dalam bahasa Jawa berarti Sabtu. Sesuai namanya, pengajian ini rutin diselenggarakan setiap hari Sabtu, menjadi kegiatan mingguan yang khas dan dinanti.
Awal Mula dan Sejarah
Berdasarkan pengantar dari Masjid Al-Manshur, pengajian Seton diperkirakan dimulai pada hari Sabtu, 15 Juli 1961, bertepatan dengan 2 Sofar 1381 H. Adapun versi lain menyebutkan tahun 1963 sebagai awal mula kegiatan ini.
Para perintisnya adalah tokoh-tokoh ulama terkemuka: KH Muntaha, H. Moch Sjoekoer, KH Masjkur, dan Kyai Idris. Pada masa awal, pengajian ini diasuh langsung KH Masjkur, yang secara rutin membacakan dan mengulas Tafsir Al-Qur’an hingga wafatnya pada tahun 1980.
Baca juga: Wisata Religi Menengok Jam Matahari di Masjid Al-Manshur
Kepengasuhan Bergilir
Pasca wafatnya KH Masjkur, tongkat estafet kepengasuhan dipegang oleh beberapa ulama besar lain secara bergiliran, sesuai dengan sistem hari pasaran Jawa.
Di antara para pengasuh yang tercatat adalah, KH Muntaha Al-Hafidz, KH Agus Munir Abdullah (menantu KH Masjkur), KH Ahmad Zaenuddin Tempelsari, KH Nuruddin Kalierang, KH A. Rofiq Masjkur, KH M. Adib, Sojokerto, KH Abdul Halim Cawet, KH Mahmud Ismail, Kyai Abdul Mutholib, KH Chabibullah Idris hingga. Kyai Badrus Soleh
Sementara itu, bagian pembukaan dan pembacaan tahlil dalam acara ini pernah diamanahkan kepada: Kyai Idris (wafat 1986), H. Achmad Mujib, dan Achmad Chaedar Idris.
Baca juga: KH Manshur, Sosok Dibalik Berdirinya Masjid Al-Manshur Wonosobo
Rangkaian Acara
Pengajian Seton bukan hanya menjadi agenda warga Wonosobo, melainkan juga menarik perhatian masyarakat dari berbagai daerah lain seperti Parakan dan Banjarnegara. Menariknya, dahulu banyak peserta yang merupakan imam atau kyai di desa masing-masing.
Mereka tidak hanya datang untuk mengikuti pengajian, tapi juga menyempatkan diri untuk mencocokkan jam matahari (jam bencet) yang berada di depan Masjid Al-Manshur. Di masa lalu, jam ini berfungsi sebagai alat penentu waktu shalat.
Rangkaian acara pengajian Setonan tetap sederhana dan konsisten. Acara dimulai dengan Sima’an Al-Qur’an sekitar pukul 13.30 WIB, kemudian dilanjutkan dengan pembukaan dan tahlil, dan terakhir kajian atau pengajian.