By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Suku Baduy Dalam Tetap Setia Bersama Alam
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Suku Baduy Dalam Tetap Setia Bersama Alam
Tradisi

Suku Baduy Dalam Tetap Setia Bersama Alam

Achmad Aristyan
Last updated: 24/11/2024 09:00
Achmad Aristyan
Share
Suku Baduy di Desa Kanekes. Foto: Kemenparekraf/Shutterstock/Helza Nitrisia
SHARE

Suku Baduy, yang dikenal juga sebagai “urang Kanekes”, merupakan kelompok masyarakat adat di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, yang memiliki kearifan lokal unik sehingga menarik wisatawan domestik maupun mancanegara. Desa Baduy terbagi menjadi dua wilayah utama, yaitu “Baduy Dalam” dan “Baduy Luar”, dengan populasi sekira 26.000 jiwa.

Perbatasan kedua wilayah, ditandai gubuk bambu yang digunakan masyarakat Baduy Dalam untuk menginap saat mereka berladang. Di Baduy Dalam, aturan adat sangat ketat, salah satunya melarang pengunjung mengambil foto. Sebagai gantinya, suasana hanya digambarkan melalui sketsa.

Terdapat tiga desa utama di Baduy Dalam, yakni “Cikeusik”, “Cikertawarna”, dan “Cibeo”. 

Desa Cibeo lebih terbuka terhadap wisatawan, meskipun tetap menerapkan larangan penggunaan bahan kimia seperti sabun, sampo, dan odol demi menjaga kelestarian lingkungan. Sebaliknya, Desa Cikeusik dikenal akan keasrian dan keindahannya, tetapi jarang dikunjungi. 

Sementara itu, Desa Cikertawarna juga memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin mengenal lebih dekat tradisi Baduy Dalam. Kehidupan masyarakat Baduy Dalam dipenuhi dengan nilai-nilai kearifan lokal yang dipertahankan turun-temurun.

Baca juga: Tradisi Labuh Saji, Lestarikan Kekayaan Laut Sukabumi

Setia dengan Tradisi

Salah satunya adalah tradisi “gotong royong”, yang masih sangat dijunjung tinggi, terutama saat mereka harus pindah ke lahan baru karena pola hidup nomaden yang mereka anut. Selain itu, kesederhanaan juga tercermin dari bentuk rumah adat yang serupa, tanpa mencerminkan status sosial. Hanya jumlah perabot kuningan yang dimiliki menjadi simbol status keluarga.

Malam hari di Baduy Dalam digunakan untuk berkumpul bersama keluarga dan tetangga sambil bermain kecapi, karena wilayahnya gelap tanpa listrik. Tradisi hidup sehat dan hemat juga menjadi ciri khas masyarakat Baduy Dalam. Mereka tidak menggunakan kendaraan bermesin seperti motor atau mobil, tetapi mampu menempuh perjalanan jauh ke kota besar dengan berjalan kaki. Tak heran di wilayah ini alamanya bebas polusi baik polusi suara maupun polusi udara.

Larangan lain yang menarik adalah penggunaan bambu sebagai pengganti gelas dan piring, yang memberikan aroma khas pada minuman panas. Orang tua di sana memiliki cita-cita sederhana untuk anak-anak mereka, yaitu agar mereka melanjutkan tradisi berladang. 

Tradisi “perjodohan” juga masih berlaku, di mana seorang gadis dijodohkan saat berusia 14 tahun. Keunikan lain dari masyarakat Baduy Dalam adalah pandangan mereka terhadap makanan. 

Masakan berbahan ayam dianggap sebagai makanan mewah yang hanya disajikan pada acara besar seperti pernikahan atau kelahiran. Sosok “Pu’un”, kepala adat yang dihormati, memegang peran penting dalam menentukan masa tanam, panen, serta menerapkan hukum adat. 

Selain itu, tradisi “Kawalu”, yaitu puasa tiga kali dalam tiga bulan, menjadi momen sakral. Selama Kawalu, wisatawan hanya diizinkan berkunjung hingga wilayah Baduy Luar dan tidak boleh menginap.

Dengan kearifan lokal yang terjaga, suasana alam yang asri, dan tradisi pyang terjaga, Suku Baduy Dalam yang selalu dekat dengan alam menawarkan pengalaman berbeda bagi wisatawan.

Destinasi ini menjadi pilihan sempurna untuk merasakan kedamaian, mempelajari nilai-nilai adat, serta menikmati kehidupan sederhana yang harmonis dengan alam. (Diolah dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Uma Lengge, Rumah Suku Mbojo Yang Tahan Gempa

Media Berbagi Jelang Ramadhan Melalui Tradisi Punggahan

Tumpeng Sewu, Tradisi Makan Bersama Suku Osing Banyuwangi

Tradisi Lisan Lamut Banjarmasin yang Diambang Kepunahan

Ondel-Ondel, Boneka Raksasa Ikon Jakarta

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Produser Mira Lesmana Lagi Meraih Piala Citra 2024
Next Article Pemerintah Siapkan Strategi Arus Mudik dan Balik Akhir Tahun
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?