Suku Betawi dikenal memiliki keanekaragaman budaya, mulai dari bahasa, pakaian adat, hingga kesenian musik yang salah satunya bernama seni Tanjidor.
Tanjidor merupakan kesenian musik tradisional khas dari Betawi yang sering diperdengarkan ketika ada upacara pernikahan hingga perayaan kebudayaan.
Musik Hiburan Saat Pesta
Asal-usul tanjidor memiliki beberapa versi. Seni musik ini banyak dipengaruhi musik Eropa. Sebagian menyebut dipengaruhi oleh Belanda yang diperkenalkan oleh Mayor Jantje.
Ia banyak membawa alat musik ke Indonesia dan mengajari pribumi yang bekerja dengannya bermain alat musik Eropa. Pribumi itu kemudian bergabung dalam Korps Musik Papang (Het Muziek Corps der Papangers).
Tugas mereka adalah menghibur Mayor Jantje saat ada pesta. Ketika Michiels meninggal dunia tahun 1833, keluarganya melelang pemusik dan intrumennya.
Setelah perbudakan dihapuskan, mereka membentuk perkumpulan musik dengan nama tanjidor. Beberapa ada yang mengatakan dipengaruhi oleh Portugis.
Menyebar ke Jawa Barat
Istilah “tanjidor” dalam bahasa Portugis ada kata “tanger” yang berarti memainkan alat musik dan “tangedor” (diucapkan tanjedor) untuk orang yang memainkan alat musik berdawai di luar ruangan.
Lalu ada “tangedores” (brass band) yang dimainkan pada parade militer atau pawai keagamaan.
Musik ini kemudian dikembangkan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah Jakarta yakni Bekasi, Depok, Tangerang, Bogor, dan Karawang yang ada di Jawa Barat.
Seiring berkembangnya jaman, seni tanjidor kemudian sering digunakan untuk memeriahkan pesta perkawinan, sunatan, perayaan budaya hingga perayaan Imlek dan Cap Co Meh.
Orkes Musik Tradisi
Kelompok musik tanjidor biasanya terdiri dari 7-10 orang. Keunikan dari alat musik ini yaitu menghasilkan nada yang berlawanan tidak seperti alat musik Eropa yang harus selaras.
Meski begitu para pemain musik tanjidor dapat memainkanlagu diatonik maupun lagu-lagu yang bertangga nada pelog bahkan salendro (seperti di musik tradisional Sunda).
Ada banyak alat musik yang digunakan pada kesenian tanjidor. Mulai dari klarinet, french horn, trombon, saxophone, tuba, drum, simbal, dan tehyan. Biasanya kelompok tanjidor memainkan dengan lagu-lagu mars dan walz untuk pembuka.
Baru setelah itu memainkan lagu-lagu betawi, lagu Sunda (jaipongan), lagu Melayu, bahkan lagu dangdut. Lagu yang sering dimainkan diantaranya yaitu Kramton dan Bananas. Selain itu ada Jali-jali, Cente manis, hingga merpati putih.
Wajib Dilestarikan
Saat ini seni tanjidor sudah mulai beradaptasi dengan kesenian lain. Misalkan seperti seperti jikres yang merupakan perpaduan antara tanjidor dan orkes, jinong (tanji-lenong), bajidoran (tanjidor dengan kliningan Sunda) dan lainnya.
Dulu tanjidor sering dimainkan dari rumah ke rumah dan menjadi sebuah pertunjukan mewah. Seiring masuknya musik populer, keberadaan kesenian ini mulai meredup.
Namun, kemudian banyak pihak dan komunitas di Jakarta yang masih terus melestarikan kesenian ini agar terus eksis. (Anisa Kurniawati- Dari Berbagai sumber)