By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Kolaborasi Musik dan Tradisi dalam Seni Tanjidor Betawi
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Kolaborasi Musik dan Tradisi dalam Seni Tanjidor Betawi
Tradisi

Kolaborasi Musik dan Tradisi dalam Seni Tanjidor Betawi

Ridwan
Last updated: 13/01/2025 15:51
Ridwan
Share
3 Min Read
Foto: Wkimedia Commons/Emjeha
SHARE

Suku Betawi dikenal memiliki keanekaragaman budaya, mulai dari bahasa, pakaian adat, hingga kesenian musik yang salah satunya bernama seni Tanjidor.

Tanjidor merupakan kesenian musik tradisional khas dari Betawi yang sering diperdengarkan ketika ada upacara pernikahan hingga perayaan kebudayaan. 

Musik Hiburan Saat Pesta

Asal-usul tanjidor memiliki beberapa versi. Seni musik ini banyak dipengaruhi musik Eropa. Sebagian menyebut dipengaruhi oleh Belanda yang diperkenalkan oleh Mayor Jantje.

Ia banyak membawa alat musik ke Indonesia dan mengajari pribumi yang bekerja dengannya bermain alat musik Eropa. Pribumi itu kemudian bergabung dalam Korps Musik Papang (Het Muziek Corps der Papangers).

Tugas mereka adalah menghibur Mayor Jantje saat ada pesta. Ketika Michiels meninggal dunia tahun 1833, keluarganya melelang pemusik dan intrumennya.

Setelah perbudakan dihapuskan, mereka membentuk perkumpulan musik dengan nama tanjidor. Beberapa ada yang mengatakan dipengaruhi oleh Portugis.

Menyebar ke Jawa Barat

Istilah “tanjidor” dalam bahasa Portugis ada kata “tanger” yang berarti memainkan alat musik dan “tangedor” (diucapkan tanjedor) untuk orang yang memainkan alat musik berdawai di luar ruangan.

Lalu ada “tangedores” (brass band) yang dimainkan pada parade militer atau pawai keagamaan.

Musik ini kemudian dikembangkan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah Jakarta yakni Bekasi, Depok, Tangerang, Bogor, dan Karawang yang ada di Jawa Barat.

Seiring berkembangnya jaman, seni tanjidor kemudian sering digunakan untuk memeriahkan pesta perkawinan, sunatan, perayaan budaya hingga perayaan Imlek dan Cap Co Meh.

Orkes Musik Tradisi

Kelompok musik tanjidor biasanya terdiri dari 7-10 orang. Keunikan dari alat musik ini yaitu menghasilkan nada yang berlawanan tidak seperti alat musik Eropa yang harus selaras.

Meski begitu para pemain musik tanjidor dapat memainkanlagu diatonik maupun lagu-lagu yang bertangga nada pelog bahkan salendro (seperti di musik tradisional Sunda).

Ada banyak alat musik yang digunakan pada kesenian tanjidor. Mulai dari klarinet, french horn, trombon, saxophone, tuba, drum, simbal, dan tehyan. Biasanya kelompok tanjidor memainkan dengan lagu-lagu mars dan walz untuk pembuka. 

Baru setelah itu memainkan lagu-lagu betawi, lagu Sunda (jaipongan), lagu Melayu, bahkan lagu dangdut. Lagu yang sering dimainkan diantaranya yaitu Kramton dan Bananas. Selain itu ada Jali-jali, Cente manis, hingga merpati putih. 

Wajib Dilestarikan

Saat ini seni tanjidor sudah mulai beradaptasi dengan kesenian lain. Misalkan seperti seperti jikres yang merupakan perpaduan antara tanjidor dan orkes, jinong (tanji-lenong), bajidoran (tanjidor dengan kliningan Sunda) dan lainnya.  

Dulu tanjidor sering dimainkan dari rumah ke rumah dan menjadi sebuah pertunjukan mewah. Seiring masuknya musik populer, keberadaan kesenian ini mulai meredup.

Namun, kemudian banyak pihak dan komunitas di Jakarta yang masih terus melestarikan kesenian ini agar terus eksis. (Anisa Kurniawati- Dari Berbagai sumber)

You Might Also Like

Saat Warga Dua Desa Bersatu Berburu Ikan dalam Tradisi Tubo

Waisak di Borobudur Akan Tampilkan 2569 Lampion dan Drone Show

Mandok Hata, Tradisi Suku Batak Rayakan Malam Tahun Baru

Peran Sentral Perempuan dalam Kenduri Sko Suku Kerinci

Adat Unjungan Masih Eksis Di Jatisawit, Indramayu

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Ridwan
Content Editor
Previous Article Simbolisasi Tari Piring, Kesenian Menari di Atas Pecahan Piring
Next Article Tari Aplang: Warisan Budaya dan Spiritual Banjarnegara
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?