By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Tradisi Pukul Sapu Mengenang Perang Kapahaha di Negeri Morella
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Tradisi Pukul Sapu Mengenang Perang Kapahaha di Negeri Morella
Tradisi

Tradisi Pukul Sapu Mengenang Perang Kapahaha di Negeri Morella

Anisa Kurniawati
Last updated: 27/12/2024 03:41
Anisa Kurniawati
Share
Foto: kebudayaan. kemdikbud.go.id
SHARE

Tradisi Pukul Sapu di Provinsi Maluku merupakan pertunjukan untuk mengenang perjuangan Kapitan dan Malesi pada Perang Kapahaha. Tradisi yang dilakukan dengan saling memukul dengan sapu lidi (Ukuwala Mahiate) yang diadakan setiap tujuh hari setelah lebaran. 

Dalam bahasa daerah Morella, masyarakat menyebutnya ‘Palasa’ atau ‘Baku Pukul Manyapu’ yang artinya saling memukul dengan sapu lidi. Tradisi pukul sapu lidi ini lahir dan dilestarikan hingga kini di Negeri Morella, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku.

Tradisi ini dilatar belakangi peristiwa perang Kapahaha (1643-1646), di jazirah Hitu bagian utara pulau Ambon. Perang Kapahaha ini dipimpin Kapitan Telukabessy (Ahmad Leakawa). Penyebab peperangan karena sebagian besar masyarakat setempat menentang penjajahan VOC. 

Baca juga: Mendengarkan Tahuri, Alat Musik Terbuat dari Cangkang Kerang

Menghormati Para Pejuang

Saat VOC menyerang Benteng Kapahaha, Kapitan Telukabessy langsung melakukan perlawanan. Pertempuran PUN berlangsung sengit, banyak pejuang yang gugur.

Namun, meski Benteng Kapahaha merupakan pertahanan yang sulit ditembus, pada akhirnya tentara VOC Belanda berhasil menembusnya. Hal ini terjadi karena pengkhianatan dari pasukan Telukabessy.

Benteng Kapahaha jatuh. Banyak masyarakat dan kapitan ditangkap dan ditawan di Teluk Sawa Telu. Kapitan Telukabessy sendiri menghadap di Markas VOC, untuk membebaskan seluruh rakyat yang di tawan sebagai  pertanggungjawaban atas perlawanan.

Gerbang menuju kawasan Negeri Morella di Ambon. Foto: GoogleMaps/Didik Heriyanto

Pada tanggal 19 Agustus 1646 Telukabessy menghadap Komandan Verheijden, dan mengajukan beberapa tuntutan tegas. Namun tuntutan tersebut tidak direspon Belanda.

Hingga pada akhirnya Kapitan Telukabessy dihukum gantung, 13 September 1646 di Benteng Victoria Amboina. Setelah perlawanan Telukabessy berakhir, Gubernur Gerard Demmer membebaskan para pejuang Kapahaha 27 Oktober 1646.

Pembebasan tawanan perang Kapahaha diselingi dengan acara perpisahan. Di acara dipentaskan tarian adat dengan nyanyian-nyanyian kapata. Turut pula mempertunjukkan Atraksi Pukul Sapu Lidi.

Perpisahan tersebut sangat berkesan, mereka kemudian berikrar untuk menetapkan Atraksi Pukul Sapu Lidi menjadi tradisi adat. Sejak saat itulah Tradisi Pukul Sapu Lidi selalu diadakan di Negeri Morella setiap tanggal 7 Syawal.

Tradisi ini telah menjadi media mengenang kembali perjuangan para leluhur di Benteng Kapahaha, 

Atraksi Pukul Sapu

Atraksi ini dilakukan pemuda-pemuda Negeri Morella. Tradisi pukul menyapu terdiri dari dua regu yang masing-masing berjumlah sekitar 10 orang. Sebelum masuk ke arena, mereka harus berkumpul di rumah pusaka marga Wakang (Pessy) untuk melakukan prosesi adat. 

Propertinya, batang lidi dari pohon enau berukuran besar. Ukuran lingkaran pangkal 0,5 cm dan bonggolnya selebar 3-5 cm. Kostum yang digunakan biasanya celana pendek, bertelanjang dada dan memakai ikat kepala merah (kain berang). 

Saat di arena, kedua regu saling berhadapan dengan memegang batang lidi. Pertunjukan diiringi dengan tifa sawat yang khusus dimainkan para sesepuh laki-laki.

Kedua regu saling pukul sampai berdarah secara bergantian. Luka-luka itu merupakan simbol perjuangan melawan penjajah. Luka bekas pukulan kemudian diobati secara tradisional dengan menggunakan getah daun jarak.

Makna dari tradisi Pukul Sapu Lidi tidak hanya sebagai pengingat peristiwa perang Kapahaha. Akan tetapi juga untuk merayakan kemenangan setelah berhasil menjalankan ibadah Puasa Ramadhan. 

Kini, Tradisi Pukul Sapu tidak hanya menjadi aset budaya bangsa namun juga sebagai ajang pertemuan kembali anak cucu pejuang perang Kapahaha dari berbagai daerah. Hal ini menjadi wadah silaturahmi untuk menjalin kembali tali persaudaraan, serta memperkokoh persatuan dan kesatuan. (Dari berbagai sumber)

You Might Also Like

9 Pantangan dan Larangan Saat Imlek yang Harus Dihindari

Bagagap Iwak, Tradisi Menangkap Ikan di Kalimantan Selatan

Upacara Mamat, Ritual Penyucian Diri Prajurit Suku Dayak Kenyah

Pesan Semesta Dibalik Layang-Layang Lake Polewali Mandar

Tiang Ayu dan Upacara Erau, Ritual Pengukuhan Kekuatan Sultan

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Sisi Dualitas Sosok Suryadi, Penari Lengger Lanang Wonosobo 
Next Article Legenda Cinta Telaga Biru yang Mengubah Takdir Desa Mamuya
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?