By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Patung Karwar, Media Komunikasi Suku Biak dengan Leluhur
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Patung Karwar, Media Komunikasi Suku Biak dengan Leluhur
Warisan Budaya

Patung Karwar, Media Komunikasi Suku Biak dengan Leluhur

Anisa Kurniawati
Last updated: 07/02/2025 03:22
Anisa Kurniawati
Share
Patung Karwar adalah Patung Kepercayaan Orang Biak. Foto: Wikimedia Commons/Seli Krey
SHARE

Patung Karwar adalah salah satu warisan budaya dari Suku Biak di Papua. Patung ini memiliki makna mendalam sebagai simbol penghormatan kepada leluhur atau kerabat yang telah meninggal. 

Dalam bahasa Biak, kata “Karwar” berasal dari kata “Arwah” atau “Roh” (Rur), sedangkan patung disebut “Amfyanir” (Amfyanir Korwar) atau Karwar.

Masyarakat Biak percaya, komunikasi yang baik dengan roh leluhur dapat membawa keberkahan. 

Media Komunikasi dan Penyembuhan

Dalam kepercayaan masyarakat Biak, manusia adalah makhluk sejati yang terdiri dari tiga unsur penting, yaitu daging (Kraf), bayangan (Nin), dan roh (Rur). Ketika patung Karwar telah diresapi roh leluhur, maka patung tersebut dianggap hidup dan memiliki kekuatan spiritual.

Pada masa lalu, patung Karwar memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat Biak. Patung ini digunakan sebagai media komunikasi dengan arwah leluhur serta sarana untuk memohon petunjuk dalam menjalani kehidupan.

Seiring waktu, Karwar tidak hanya menjadi simbol spiritual tetapi juga bagian dari kekayaan seni budaya yang diwariskan turun-temurun. Karwar juga dipercaya dapat memberikan perlindungan dan bantuan bagi keluarga yang masih hidup. 

Patung Karwar. Foto: sorong.tribunnews.com

Dalam praktiknya, patung ini sering digunakan dalam upacara penyembuhan dan pelepasan dari pengaruh ilmu hitam.Di Papua proses ini dikenal dengan istilah “fui-fui.

Proses pemanggilan roh ke dalam Karwar dilakukan seorang mediator yang disebut Wennamon.

Mediator ini memiliki kemampuan untuk menghubungkan dunia nyata dengan dunia roh atau dewa-dewa. Dukun ini memegang patung Karwar sambil mengucapkan mantra dan menyebut nama leluhur yang ada di dalam patung tersebut. 

Ketika dukun dirasuki arwah, kata-kata yang diucapkannya ditafsirkan sebagai petunjuk atau mantra penyembuhan bagi masyarakat.

Pembuatan Patung Karwar

Pembuatan patung Karwar tidak boleh dilakukan sembarangan. Dahulu, hanya para pengukir tertentu yang memiliki kemampuan khusus dan telah menjalani ritual adat yang diperbolehkan membuatnya. 

Kayu yang digunakan untuk membuat Karwar harus memenuhi syarat tertentu. Biasanya, bahan bakunya berasal dari tiga jenis kayu, yaitu kayu besi, kayu marem, dan kayu anyer. Usia kayu harus cukup tua dan memiliki warna hitam yang khas. 

Sebelum menebang pohon, masyarakat Biak melakukan ritual adat. Proses ritualnya yaitu dengan memakan pinang dan menyemburkan airnya ke batang pohon sebagai bentuk penghormatan. 

Setelah pohon ditebang, langkah pertama dalam proses pemahatan adalah membentuk kepala, kemudian diikuti dengan pemahatan bagian kaki, tangan, dan tubuh, serta tambahan ukiran motif.

Ciri khas patung Karwar adalah bentuk kepala yang lebih besar dibandingkan bagian tubuhnya. 

Karwar disakralkan karena melambangkan kehadiran roh leluhur dan digunakan untuk mengenang jasa serta kebijaksanaan mereka semasa hidup.

Hingga kini, patung ini tetap menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Biak, baik sebagai warisan budaya maupun sebagai simbol spiritual yang diwariskan dari generasi ke generasi.

You Might Also Like

Tari Simo Gringsing, Tarian dari Legenda Ki Ageng Gringsing

Lestarikan Budaya Leluhur Pemkab Blora Gelar Tari Tayub Massal

Mencoba Keunikan Cita Rasa Kuliner Sate Klathak Khas Bantul

Kesenian Jaran Bodhag, Hiburan Dengan Kuda Tiruan

Mendengarkan Tahuri, Alat Musik Terbuat dari Cangkang Kerang

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Kisah Pak Kikir dan Asal Usul Nama Daerah Cianjur, Jawa Barat
Next Article Roti Bagelen Manglongsari Wonosobo, Resep Asli Sejak 1934
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?