By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Candi Bima, Warisan Purbakala Dieng dengan Sentuhan Arsitektur India
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Pariwisata > Candi Bima, Warisan Purbakala Dieng dengan Sentuhan Arsitektur India
Pariwisata

Candi Bima, Warisan Purbakala Dieng dengan Sentuhan Arsitektur India

Achmad Aristyan
Last updated: 17/04/2025 01:48
Achmad Aristyan
Share
Candi Bima sebagai salah satu situs bersejarah yang ada di Dataran Tinggi Dieng. Foto: Aristyan
SHARE

Candi Bima yang terletak di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, menjadi salah satu peninggalan purbakala paling menonjol di kawasan Dataran Tinggi Dieng.

Letaknya berada di bagian paling selatan dari kompleks percandian Dieng, sekitar 900 meter dari Candi Arjuna.

Bangunan ini memiliki ukuran denah 4,55 x 4,55 meter dan dikenal sebagai candi terbesar di kawasan Dieng.

Keunikan arsitekturnya menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan dan peneliti sejarah.

Pemandu wisata Dieng, Dhimas, menjelaskan bahwa bentuk arsitektur Candi Bima sangat berbeda dibanding candi-candi lain di Indonesia.

“Candi Bima ini punya bentuk atap yang khas, mirip shikara dari India. Arsitekturnya menggabungkan gaya India Utara dan Selatan, yang tidak banyak ditemukan di Nusantara,” ujar Dhimas.

Baca Juga: Candi Gatotkaca, Peninggalan Hindu Kuno di Dieng

Ia juga menyebutkan bahwa bangunan candi ini menonjol karena bentuknya yang segi delapan, dengan pintu menghadap ke timur dan tiga relung di sisi lainnya yang dulunya berisi arca.

“Sayangnya, beberapa arca sudah hilang karena kasus pencurian,” tambahnya.

Di bagian atap, pengunjung bisa melihat relief kepala yang disebut kudu.

Relief ini menjadi bagian yang cukup istimewa namun rentan rusak akibat faktor alam dan tangan manusia.

Menurut catatan, kondisi Candi Bima sempat mengalami kerusakan cukup parah.

Beberapa kerusakan disebabkan pencurian arca dan efek dari gas solfatara Kawah Sikidang yang berdekatan.

Upaya pemugaran dilakukan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah pada tahun 2012.

Pemugaran ini bertujuan memperbaiki struktur batu yang lapuk dan mengantisipasi amblesnya bangunan akibat rongga dalam candi.

“Pemeliharaan sangat penting agar warisan ini tetap lestari. Banyak wisatawan datang bukan hanya karena keindahannya, tapi juga untuk belajar sejarah,” tutur Dhimas.

Untuk bisa menikmati keindahan dan nilai sejarah Candi Bima, pengunjung cukup membayar tiket masuk seharga Rp15.000.

Kawasan ini dibuka untuk umum mulai pukul 08.00 hingga 17.00 WIB setiap harinya.

Selain nilai sejarah dan arsitektur yang menarik, kawasan sekitar Candi Bima juga memiliki suasana yang sejuk khas dataran tinggi.

Dengan udara yang segar dan pemandangan alam yang tenang, tempat ini sangat cocok untuk bersantai setelah menjelajahi kawasan Dieng.

Banyak wisatawan menikmati waktu duduk santai sambil menikmati lanskap pegunungan dan udara dingin yang menyegarkan.

Baca Juga: Candi Dwarawati, Jejak Sejarah di Tengah Ladang Kentang Dieng

Salah satu pengunjung, Edi, datang dari Wonosobo bersama teman-temannya.

Ia mengaku sengaja mampir ke Candi Bima karena ingin memperdalam pengetahuannya tentang sejarah dan kebudayaan lokal.

“Saya ke sini karena penasaran dengan cerita dan bentuk bangunannya. Saya suka sejarah, dan Dieng ini ternyata punya banyak peninggalan unik yang belum banyak diketahui orang,” kata Edi.

Candi Bima menjadi bukti bahwa Indonesia memiliki ragam kekayaan budaya dan sejarah yang mendalam.

Di balik tiap pahatan batu, tersimpan kisah masa lalu yang terus menginspirasi generasi masa kini.

You Might Also Like

Menyusuri Tempursari, Lumajang: Surga Hijau Tersembunyi di Ujung Timur Jawa

Makam Kyai Walik, Tokoh Penyebar Agama Islam di Wonosobo

Jejak Masa Lalu Kota Batam Berawal Dari Kampung Melayu

Taman Nasional Baluran, Pesona Afrika di Ujung Timur Pulau Jawa

Warkop NYC, Viral di Amerika Serikat

TAGGED:banjarnegarabaturcandi bimadiengdieng kulonpeninggalan purbakala

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Sinergi Disparbud dan HPI, Perkuat Peran Pramuwisata Wonosobo
Next Article Liburan Seru di Tasya Eco Waterpark Pacitan dengan Mandi Busa
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?