Museum Sidik Jari Denpasar, berlokasi di Jl. Hayam Wuruk No 175, Tanjung Bungkah Denpasar Bali. Salah satu keunikan dari museum ini adalah sebagian besar lukisan yang dipajang dalam prosesnya tidak menggunakan kuas namun menggunakan jari.
Museum yang dibangun pada tahun 1993 ini, didirikan oleh bapak I Gede Ngurah Rai Pemecutan. Museum Sidik Jari Denpasar sendiri diresmikan pada bulan Juli 1995. Sebagian koleksi museum ini menonjolkan ciri khas sang pelukis yaitu I Gede Ngurah Rai Pemecutan. Ciri khas tersebut yaitu tersusun atas titik-titik yang membentuk satu lukisan utuh.
Museum ini dinamakan museum Sidik Jari karena berkaitan dengan cara yang digunakan ketika melukis. Metodenya yaitu menggunakan ujung jari pelukis yang sudah diolesi oleh berbagai macam warna cat lukis. Karena melukis tanpa menggunakan kuas, tentunya terdapat bekas sidik jari. Sehingga dinamakan lukisan Sidik Jari.
Sejarah menggunakan jari untuk melukis, semuanya berawal dari kegagalan dalam menyelesaikan lukisan tari Baris. Kemudian untuk memperbaiknya, Gede Ngurah memoleskan cat warna-warna diatas lukisan tari Baris tersebut menggunakan jari tangan.
Baca Juga: Amalia Pradifera, Jadikan Keramik Kanvas Lukisan
Ternyata hasil lukisan tersebut tampak indah. Dari situlah sang pelukis kemudian menerapkan metode tersebut ke lukisannya. Teknik ini sebenarnya masuk ke dalam teknik pointilisme, hanya saja jika sebagian besar pelukis masih menggunakan kuas, Ngurah Gede menggunakan jari telunjuknya dan hanya menggunakan warna dasar.
Gede Ngurah Rai Pemecutan
I Gede Ngurah Rai Pemecutan sendiri telah menghasilkan sekitar 640 karya lukisan yang dipajang di museum Sidik Jari Denpasar. Salah satu karya terbaiknya adalah lukisan yang mengisahkan peristiwa Perang Puputan Bandung. Karya ini dibutuhkan waktu 18 bulan untuk membuatnya.
Disamping melukis, I Ngurah Gede juga seorang penyair. Puisi yang ditulisnya kebanyakan menggunakan bahasa sederhana namun dalam maknanya. Sebagian puisi tersebut diabadikan dalam bentuk prasasti batu bertulis, sebagian lagi terdapat di buku-buku.
Baca Juga: Affandi, Pelukis Maestro dengan 2000 Lukisan
Di museum lukisan ini, pengunjung tidak hanya dapat melihat lukisan dan puisi saja, melainkan pengunjung juga dapat mendalami budaya Bali seperti seni tari. Sejak awal, museum ini didirikan tidak hanya untuk mengabadikan karya sang pelukis, namun juga sebagai wahana pendidikan.
Untuk kenyamanan pengunjung museum sidik jari, museum juga dilengkapi dengan fasilitas seperti cafe, , toilet umum dan area parkir yang luas. Jam buka museum lukisan sidik jari mulai dari jam, 08:00 – 16:00 untuk hari Senin hingga Jumat. Sedangkan untuk Sabtu dan Minggu dibuka mulai dari jam 09.00-12.00. (Dari Berbagai Sumber)