By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Ahmad Tohari, Penulis Fenomenal Ronggeng Dukuh Paruk
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Profil > Ahmad Tohari, Penulis Fenomenal Ronggeng Dukuh Paruk
Profil

Ahmad Tohari, Penulis Fenomenal Ronggeng Dukuh Paruk

Anisa Kurniawati
Last updated: 16/11/2024 00:41
Anisa Kurniawati
Share
Penulis Ahmad Tohari. Foto: sukusastra.com
SHARE

Ahmad Tohari, dikenal sebagai penulis trilogi Ronggeng Dukuh Paruk. Akibat novel itu ia pernah diancam hukuman penjara  karena dianggap Pemerintah Orde Baru kekiri-kirian. Selama berkarya, ia telah melahirkan puluhan novel, cerpen, dan berbagai tulisan genre nonfiksi.

Sejak remaja, pria kelahiran Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah, 13 Juni 1948 ini sudah hobi menulis. Ahmad Tohari awalnya tidak pernah bercita-cita menjadi penulis. Tidak pernah terbersit di pikiran bahwa hobinya kelak akan membawanya menjadi seorang penulis ternama.

Selepas tamat SMA di Purwokerto, ia melanjutkan kuliah Fakultas Ilmu Kedokteran Ibnu Khaldun, Jakarta. Namun, karena kendala biaya, kuliahnya terhenti. Kemudian dia juga tercatat sebagai mahasiswa di Fakultas Ekonomi Universitas Sudirman, Purwokerto dan Fakultas Sosial Politik Universitas Sudirman.

Dilansir dari laman tokoh.id, karier awalnya di bidang jurnalistik bermula saat bekerja di majalah terbitan BNI 46, Keluarga, dan Amanah hingga sepuluh tahun lamanya. Ia juga pernah menjadi redaktur Harian Merdeka dan Majalah Amanah.

Pada tahun 1975, Tohari menjadi pemenang sayembara Kincir Emas Radio Nederland Weredomroep untuk cerpennya yang berjudul Jasa-Jasa Buat Sanwirya. Sejak itu dia memfokuskan diri sebagai penulis dan mengundurkan diri sebagai redaktur.

Novel pertama Ahmad Tohari adalah Di Kaki Bukit Cibalak (1977). Selanjutnya ia melahirkan karya berikutnya yaitu Kubah (1980). Kubah berhasil terpilih sebagai karya fiksi terbaik dan meraih penghargaan dari Yayasan Buku Utama.

Ahmad Tohari dikenal sebagai orang yang terbuka dan memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi. Sifatnya seringkali dituangkan dalam tulisan-tulisannya yang banyak mengangkat penderitaan rakyat dan  ketidakadilan.

Dalam novelnya yang mengangkat cerita tentang Peristiwa September 1965, ia menceritakan pengalamannya ketika berada di kampung halamannya. Saat itu ia menyaksikan pembunuhan keji terhadap seorang anak muda karena diduga sebagai anggota PKI.

Baca juga: Mengenang Rosihan Anwar, Sastrawan Pelintas Lima Zaman

Buku Kontroversial

Buku Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. Foto: Istimewa

Salah satu novel Ahmad Tohari yang terkenal adalah Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jantera Bianglala. Novel ini menceritakan pergulatan penari tayub di desa terpencil, Dukuh Paruk, di masa pergolakan komunis.

Pemerintah Orde Baru menggangap karya Ahmad kekiri-kirian. Tohari PUN diinterogasi selama berminggu-minggu di Kodim Banyumas hingga menjalani wajib lapor.

Akhirnya, penulis Trioligi Ronggeng menghubungi Gus Dur. Tentara yang menginterogasinya itu baru mempercayainya dan melepaskannya. Bahkan, novel itu juga sempat terancam batal terbit karena dianggap kontroversial.

Salah satu bagian bukunya yang menceritakan pembunuhan terhadap orang-orang yang dianggap PKI membuat bukunya disensor selama 25 tahun. Di tahun 1999, bagian yang hilang itu diterbitkan dalam bahasa Inggris, berjudul The Silence of Voices oleh Honolulu University Press, Amerika Serikat.

Trilogi ini juga diterjemahkan dalam bahasa Jerman, Belanda, Jepang dan Rusia. Kini, setelah reformasi, pihak Gramedia menerbitkan ulang trilogi tersebut menjadi satu buku yang berjudul Ronggeng Dukuh Paruk (2002) dengan mengembalikan bagian-bagian yang dulu dihilangkan.

Karya Ahmad Tohari juga ditransformasikan ke dalam film dengan judul “Darah Mahkota Ronggeng”. Pemeran utama film itu adalah Enny Beatrice dan Ray Sahetapy yang disutradarai Yazman Yazid. Film keduanya berjudul “Sang Penari” (2011) disutradarai oleh Ifa Ifansyah.

Sang Penari dibintangi Prisia Nasution sebagai Srintil dan Oka Antara sebagai Rasaus. Film tersebut berhasil mendapatkan 11 nominasi dalam Festival Film Indonesia 2011 dan berhasil mendapat empat piala. (Dari berbagai sumber)

 

You Might Also Like

Saiful Amri dan Usaha Kopi Mulyo dari Wonosobo

Ajip Rosidi, Bapak Literasi Indonesia

Panthera Tigris Sondaica, Harimau Jawa yang Kini Tinggal Cerita

Dewi Sartika Pelopor Pendidikan Perempuan di Tanah Sunda

Perjalanan Novelis Fira Basuki, Dari Jendela-Jendela hingga Atap

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Menkomdigi dan Jaksa Agung Komitmen Berantas Judi Online
Next Article Menyibak Kisah dan Keindahan Curug Cipendok Banyumas
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?