By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Cerita Rakyat Riau, Kisah Putra Mahkota Lokan yang Dikutuk
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Cerita Rakyat > Cerita Rakyat Riau, Kisah Putra Mahkota Lokan yang Dikutuk
Cerita Rakyat

Cerita Rakyat Riau, Kisah Putra Mahkota Lokan yang Dikutuk

Anisa Kurniawati
Last updated: 31/12/2024 16:25
Anisa Kurniawati
Share
Ilustrasi Kawasan Hutan Suaka Margasatwa Rimbang Baling di Provinsi Riau. Foto: GoogleMaps/Zuki Rama
SHARE

Di Kepulauan Riau, terdapat salah satu cerita rakyat yang terkenal Putra Mahkota Lokan. Cerita ini mengisahkan seorang putra mahkota yang dibuang. Hal ini dikarenakan wujudnya yang menyerupai lokan (kerang besar) karena hasil kutukan Datuk Bendahara. 

Suatu masa ada sebuah kerajaan cukup besar yaitu Kerajaan Bintan yang diperintah oleh Raja Jauhari. Sang Raja memiliki permaisuri bernama Putri Bulan Purnama yang dikenal dengan kecantikannya. Namun, mereka belum juga  mendapatkan seorang keturunan.

Pada suatu pagi, Raja Jauhari mengungkapkan kegundahannya kepada Datuk Bendahara. Sebenarnya, Datuk Bendahara ini mempunyai dendam terhadap keponakannya yang menjadi raja itu. Tiba-tiba saja terdengar keributan dari pemandian sang Permaisuri. 

Mereka menemukan Putri Bulan Purnama terjatuh. Setelah diperiksa, tabib yang bernama Mak Cik Nor mengumumkan bahwa kerajaan akan segera mempunyai seorang putra mahkota. Setelah 9 bulan mengandung, tibalah saatnya Putri Bulan Purnama melahirkan. 

Selang beberapa saat, Mak Cik Siah dan dan Mak Cik Nor sangat kaget ketika melihat yang dilahirkan permaisuri bukan seorang bayi manusia, melainkan seekor lokan. Raja Jauhari yang mengetahui hal tersebut berteriak tidak terima. 

Datuk Bendahara yang diam-diam senang menyarankan untuk membunuh bayi itu. Namun, rencana pembunuhan berubah menjadi pembuangan sebab Putri Bulan Purnama tidak ingin berpisah dengan bayinya. Maka dengan sedih,  permaisuri meninggalkan istana. 

Dibuang di Hutan Belantara

Sesampainya di hutan belantara, Putri Bulan Purnama melihat sebuah gubuk. Dia mendekati gubuk itu dihuni seorang nenek yang tinggal sendiri.  Sang nenek kemudian mengajak untuk tinggal bersama Sejak saat itu, mereka bertiga hidup bersama di gubuk tengah hutan yang sunyi.

Suatu malam terdapat dua bayangan di pinggir perigi kecil tak jauh dari belakang gubuk. Ternyata itu adalah Lokan dan seorang kakek-kakek. Kemudian, kakek tersebut berkata bahwa saat purnama empat belas, setelah Lokan berusia delapan belas tahun, kutukan jin jahat pengikut Datuk Bendahara akan segera hilang.

Disisi lain Putri Bulan Purnama dan Nenek sedang bercerita di gubuk. Tiba-tiba mereka  mendengar suara berderak-derak dari arah perigi di samping gubuk. Mereka keluar dan menemukan seorang pemuda gagah mengenakan pakaian indah kilau keemasan, yang ternyata adalah lokan. 

Setelah tiga bulan lebih Lokan berubah wujud menjadi manusia, dia dan ibunya memutuskan kembali ke Negeri Bintan dengan membawa sang Nenek. Di suatu malam saat menginap di pondok warga mereka mendengar pembicaraan tentang liciknya Datuk Bendahara.

Pembalasan Putra Raja

Ternyata selama ini Datuk Bendahara menyebar fitnah bahwa Raja Jauhari menumbalkan istri dan anaknya kepada iblis. Raja Jauhari dikurung dalam sebuah kerangkeng kayu besi yang dibangun di atas tiang-tiang di tengah telaga beracun. 

Setelah mengatur strategi Putra Lokan dan Putri Bulan Purnama mengendap-endang menuju Istana. Putra Lokan yang sudah dibekali ilmu dan berlatih menghabisi lawannya. Dia kemudian menemui Datuk Bendahara yang dapat ditangkap dengan mudah.

Setelah itu, Raja Jauhari dijemput dari pondok dan dibawa ke istana. Putra Mahkota Lokan kemudian dinobatkan menjadi raja. Mereka bertiga kemudian hidup bahagia. (Dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Gunung Wurung, Gunung yang Gagal Dibangun Para Dewa

Legenda Cinta Telaga Biru yang Mengubah Takdir Desa Mamuya

Kisah Sam Poo Kong Dalam Legenda Desa Welahan

Legenda Sangkuriang, Asal Usul Tangkuban Perahu

Legenda Baru Klinting dan Asal Mula Rawa Pening

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Atraksi Tarian Ngebeng Seni Pertunjukan Tari Ngebeng yang Dulu Dianggap Tabu
Next Article Nasi Lengko, Kuliner Tradisional Bergizi Khas Cirebon
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Tradisi Motong Kebo Andil
Tradisi Motong Kebo Andil, Warisan Budaya Depok yang Terus Lestari
Event 17/05/2025
lebaran depok 2025
Lebaran Depok 2025, Ajang Pelestarian Tradisi dan Budaya
Event 17/05/2025
Gawe Dayak Naik Dango
Gawe Dayak Naik Dango XXV, Tradisi Syukuran Panen Kota Singkawang
Event 17/05/2025
Geopark Kaldera Toba
Kemenpar Tindaklanjuti Peringatan “Yellow Card” UNESCO untuk Geopark Kaldera Toba
Berita 17/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?