By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Seni Pertunjukan Tari Ngebeng yang Dulu Dianggap Tabu
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Seni Pertunjukan Tari Ngebeng yang Dulu Dianggap Tabu
Warisan Budaya

Seni Pertunjukan Tari Ngebeng yang Dulu Dianggap Tabu

Anisa Kurniawati
Last updated: 11/12/2024 14:32
Anisa Kurniawati
Share
Atraksi Tarian Ngebeng
Atraksi Tarian Ngebeng dari Provinsi Jambi. Foto: Tangkapan layar Youtube/ Bako Lantang
SHARE

Tari Ngebeng, seni pertunjukan dari Provinsi Jambi yang dulunya dianggap tabu. Anggapan bahwa wanita dilarang menjadi seniman karena dilihat bukan muhrimnya menjadi sebuah alasan. 

Dalam bahasa Indonesia, “Ngebeng” berarti “Nyoget” atau joget. Tari Ngebeng sendiri berasal dari Desa Rambutan Masam, Kecamatan Muara Tembesi, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. 

Dianggap Tabu

Pada zaman dahulu tarian ini dianggap tabu. Hal ini merujuk pada masyarakat setempat yang  masih memegang teguh ajaran agama dan adat istiadat. Mereka menganggap wanita tabu atau tidak seharusnya menjadi seniman karena dilihat bukan muhrimnya. 

Maka dari itu, sosok wanita tadi diganti dengan laki-laki yang didandani seperti wanita atau disebut Babancian. Tarian Ngebeng mengisahkan kisah percintaan dua insan muda. Kisah ini diumpamakan seperti ayam jantan mengepek ayam betina. 

Datuk Syamsul Bahri, seorang pelaku Seni Tari Ngebeng menyebut, kesenian ini sudah ada sejak lama. Hal ini karena dia ketika berumur 36 tahun dulunya belajar dari orang tuanya. Tari ini diduga sudah berumur lebih 100 tahun. Kono Tari Ngebeng sempat redup sekitar tahun 1970-1980-an karena masuknya perkebunan sawit sehingga masyarakat tak lagi pergi ke ladang. 

Ditarikan di Persawahan 

Tari Ngebeng dulu biasaya ditampilkan di persawahan waktu menanam padi, panen, ataupun saat petani beristirahat siang di kebun. Tak hanya itu, tari ini juga dipertunjukkan pada malam bakintang (masak-memasak) untuk keperluan baselang nugal keesokan harinya.

Pertunjukan Tari Ngebeng menggunakan kostum tradisional untuk digunakan ke sawah. Busana itu berupa baju kurung dan tekuluk. Karena bersifat hiburan, gerakan tarian ini hanya menari bebas saja. 

Sejak 2017, tarian tradisional ini sudah dikreasikan dan menampilkan format baru. Para penari menggunakan kostum panggung. Selain itu, juga diiringi alat musik tradisional seperti gendang, gambus, gong dan lagu daerah.

Bahkan, sebuah sanggar ada yang masih menjaga keaslian tari dengan tetap menggunakan penari laki-laki yang dirias seperti perempuan. Seiring perkembangannya tarian ini sering ditampilkan dalam acara resmi pemerintah, seperti HUT Kabupaten, acara budaya atau event festival. 

Tari Ngebeng asal Desa Rambutan Masam Kecamatan Muara Tembesi ini sudah dinobatkan sebagai Warisan Budaya Takbenda pada 7 Desember 2021. Harapannya supaya tari ini bisa terus dilestarikan hingga generasi berikutnya. (Dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Keripik Kelakai, Camilan Suku Dayak dengan Ragam Manfaat

Legenda Dadung Awuk dan Jaka Tingkir dalam Seni Teater

Keunikan Arsitektur Gedung Sate di Kantor Gubernur Jawa Barat

Merasakan Sajian Khas dan Legendaris Pindang Palembang

Totopong, Ikat Kepala Khas Orang Sunda

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Menjelajahi 37 Bangunan Bersejarah Istana Kepresidenan Bogor
Next Article Cerita Rakyat Riau, Kisah Putra Mahkota Lokan yang Dikutuk
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?