Klenteng Tek Hay Kiong, yang terletak di Jl. Gurami No. 8, Tegal, Jawa Tengah berdiri sebagai salah satu peninggalan sejarah penting bagi komunitas Tionghoa di kota pesisir ini. Didirikan pada tahun 1837 oleh Kapten Tan Koen Hway bersama tokoh masyarakat Tionghoa lainnya, klenteng ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga simbol sejarah hubungan erat antara budaya Tionghoa dan masyarakat setempat.
Dengan nama Tek Hay Kiong yang berarti “Istana Kebajikan Tek Hay”, klenteng ini sejak awal dibangun untuk menghormati Tek Hay Cin Jin, seorang dewa pelindung yang dipercaya memberikan perlindungan dan keberuntungan bagi masyarakat. Kapten Tan Koen Hway, seorang tokoh Tionghoa berpengaruh di Tegal pada masa kolonial, memprakarsai pembangunan klenteng ini bersama rekan-rekannya.
Pada abad ke-19, Tegal menjadi salah satu pusat perdagangan di pesisir utara Pulau Jawa, yang mengakibatkan kedatangan berbagai komunitas etnis, termasuk komunitas Tionghoa. Klenteng Tek Hay Kiong dibangun sebagai pusat spiritual dan budaya, memberikan ruang bagi masyarakat Tionghoa untuk melestarikan tradisi leluhur mereka.
Melambangkan Keberuntungan
Sejak saat itu, klenteng ini terus mengalami perawatan dan pemugaran, sehingga kondisinya tetap terjaga hingga hari ini. Restorasi berkala juga dilakukan untuk memastikan bahwa bangunan tetap lestari dan aman sebagai tempat ibadah yang kerap dikunjungi masyarakat. Secara arsitektur, Klenteng Tek Hay Kiong memiliki gaya bangunan yang khas Tionghoa, dengan ornamen ukiran kayu dan patung-patung naga yang menghiasi bangunan.
Di bagian atap, terdapat patung naga yang melambangkan kekuatan dan keagungan, sebuah ciri khas dari klenteng-klenteng di Tiongkok. Warna merah dan emas mendominasi klenteng, melambangkan keberuntungan dan kesejahteraan. Di dalamnya, terdapat altar utama yang didedikasikan kepada Dewa Tek Hay Cin Jin, serta beberapa altar lain yang diperuntukkan bagi dewa-dewa lain yang juga dihormati dalam tradisi Tionghoa.
Setiap elemen dalam klenteng ini, mulai dari ornamen hingga tata letak altar, memiliki makna filosofis yang mendalam, memperkaya pengalaman religius bagi pengunjung. Klenteng Tek Hay Kiong menjadi tempat utama bagi berbagai kegiatan keagamaan masyarakat Tionghoa di Tegal. Rangkaian peribadatan dilakukan sepanjang tahun, dengan puncak kegiatan pada perayaan Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh.
Pada saat Imlek, klenteng ini akan dihias secara khusus dengan lampion merah yang tergantung di sekeliling bangunan, menciptakan suasana yang penuh warna dan khidmat. Upacara sembahyang dan prosesi doa bersama juga menjadi bagian penting dari perayaan, di mana umat berdoa dan memohon berkah serta perlindungan.
Arsitektur Sarat Simbolisme
Selain perayaan Imlek, kegiatan keagamaan lainnya seperti perayaan Cheng Beng (sembahyang leluhur) juga dilakukan di klenteng ini. Pada hari-hari ini, umat Tionghoa akan datang ke klenteng untuk berdoa dan mempersembahkan sesajen untuk leluhur mereka, sebagai bentuk penghormatan dan pengingat akan pentingnya menjaga ikatan dengan generasi terdahulu.
Klenteng Tek Hay Kiong bukan hanya pusat spiritual, tetapi juga destinasi wisata religi yang menarik bagi masyarakat umum. Keunikan arsitektur dan suasana khas yang dihadirkan saat perayaan-perayaan besar membuat klenteng ini sering dikunjungi oleh wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.
Bagi wisatawan, kunjungan ke klenteng ini memberikan kesempatan untuk mengenal lebih dalam kebudayaan dan tradisi Tionghoa, serta menikmati keindahan arsitektur yang sarat simbolisme. Selain itu, pemerintah daerah melihat potensi klenteng ini sebagai aset wisata yang dapat menarik lebih banyak pengunjung, khususnya saat perayaan Imlek.
Setiap tahunnya, pemerintah dan komunitas lokal bekerja sama menyelenggarakan berbagai kegiatan budaya yang bisa dinikmati oleh masyarakat luas, seperti pertunjukan barongsai, parade budaya, dan bazar makanan khas Tionghoa. Acara-acara ini tidak hanya memperkuat identitas budaya Tionghoa, tetapi juga memperkaya keragaman budaya di Tegal.
Keberadaan Klenteng Tek Hay Kiong yang telah berdiri selama hampir dua abad menunjukkan toleransi dan harmoni antara berbagai komunitas etnis di Tegal. Klenteng ini tidak hanya dihormati oleh masyarakat Tionghoa, tetapi juga diterima dengan baik oleh masyarakat setempat dari berbagai latar belakang.
Keharmonisan ini terlihat pada saat-saat perayaan, di mana masyarakat dari berbagai kalangan sering berpartisipasi atau sekadar menikmati kemeriahan bersama. Dengan semua nilai historis, budaya, dan keagamaan yang dimilikinya, Klenteng Tek Hay Kiong tetap menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Tionghoa di Tegal. (Sumber: visitjawatengah.jatengprov.go.id)