By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Klenteng Tek Hay Kiong, Simbol Sejarah Kerukunan
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Klenteng Tek Hay Kiong, Simbol Sejarah Kerukunan
Warisan Budaya

Klenteng Tek Hay Kiong, Simbol Sejarah Kerukunan

Achmad Aristyan
Last updated: 05/11/2024 11:09
Achmad Aristyan
Share
Klenteng Tek Hay Kiong yang jadi salah satu bangunan bersejarah di Kota Tegal. Foto: tridharmategal.or.id
SHARE

Klenteng Tek Hay Kiong, yang terletak di Jl. Gurami No. 8, Tegal, Jawa Tengah berdiri sebagai salah satu peninggalan sejarah penting bagi komunitas Tionghoa di kota pesisir ini.  Didirikan pada tahun 1837 oleh Kapten Tan Koen Hway bersama tokoh masyarakat Tionghoa lainnya, klenteng ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga simbol sejarah hubungan erat antara budaya Tionghoa dan masyarakat setempat. 

Dengan nama Tek Hay Kiong yang berarti “Istana Kebajikan Tek Hay”, klenteng ini sejak awal dibangun untuk menghormati Tek Hay Cin Jin, seorang dewa pelindung yang dipercaya memberikan perlindungan dan keberuntungan bagi masyarakat. Kapten Tan Koen Hway, seorang tokoh Tionghoa berpengaruh di Tegal pada masa kolonial, memprakarsai pembangunan klenteng ini bersama rekan-rekannya. 

Pada abad ke-19, Tegal menjadi salah satu pusat perdagangan di pesisir utara Pulau Jawa, yang mengakibatkan kedatangan berbagai komunitas etnis, termasuk komunitas Tionghoa.  Klenteng Tek Hay Kiong dibangun sebagai pusat spiritual dan budaya, memberikan ruang bagi masyarakat Tionghoa untuk melestarikan tradisi leluhur mereka. 

Melambangkan Keberuntungan

Sejak saat itu, klenteng ini terus mengalami perawatan dan pemugaran, sehingga kondisinya tetap terjaga hingga hari ini. Restorasi berkala juga dilakukan untuk memastikan bahwa bangunan tetap lestari dan aman sebagai tempat ibadah yang kerap dikunjungi masyarakat. Secara arsitektur, Klenteng Tek Hay Kiong memiliki gaya bangunan yang khas Tionghoa, dengan ornamen ukiran kayu dan patung-patung naga yang menghiasi bangunan. 

Di bagian atap, terdapat patung naga yang melambangkan kekuatan dan keagungan, sebuah ciri khas dari klenteng-klenteng di Tiongkok. Warna merah dan emas mendominasi klenteng, melambangkan keberuntungan dan kesejahteraan. Di dalamnya, terdapat altar utama yang didedikasikan kepada Dewa Tek Hay Cin Jin, serta beberapa altar lain yang diperuntukkan bagi dewa-dewa lain yang juga dihormati dalam tradisi Tionghoa. 

Setiap elemen dalam klenteng ini, mulai dari ornamen hingga tata letak altar, memiliki makna filosofis yang mendalam, memperkaya pengalaman religius bagi pengunjung. Klenteng Tek Hay Kiong menjadi tempat utama bagi berbagai kegiatan keagamaan masyarakat Tionghoa di Tegal. Rangkaian peribadatan dilakukan sepanjang tahun, dengan puncak kegiatan pada perayaan Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh. 

Pada saat Imlek, klenteng ini akan dihias secara khusus dengan lampion merah yang tergantung di sekeliling bangunan, menciptakan suasana yang penuh warna dan khidmat. Upacara sembahyang dan prosesi doa bersama juga menjadi bagian penting dari perayaan, di mana umat berdoa dan memohon berkah serta perlindungan.

Arsitektur Sarat Simbolisme

Selain perayaan Imlek, kegiatan keagamaan lainnya seperti perayaan Cheng Beng (sembahyang leluhur) juga dilakukan di klenteng ini. Pada hari-hari ini, umat Tionghoa akan datang ke klenteng untuk berdoa dan mempersembahkan sesajen untuk leluhur mereka, sebagai bentuk penghormatan dan pengingat akan pentingnya menjaga ikatan dengan generasi terdahulu.

Klenteng Tek Hay Kiong bukan hanya pusat spiritual, tetapi juga destinasi wisata religi yang menarik bagi masyarakat umum. Keunikan arsitektur dan suasana khas yang dihadirkan saat perayaan-perayaan besar membuat klenteng ini sering dikunjungi oleh wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. 

Bagi wisatawan, kunjungan ke klenteng ini memberikan kesempatan untuk mengenal lebih dalam kebudayaan dan tradisi Tionghoa, serta menikmati keindahan arsitektur yang sarat simbolisme. Selain itu, pemerintah daerah melihat potensi klenteng ini sebagai aset wisata yang dapat menarik lebih banyak pengunjung, khususnya saat perayaan Imlek. 

Setiap tahunnya, pemerintah dan komunitas lokal bekerja sama menyelenggarakan berbagai kegiatan budaya yang bisa dinikmati oleh masyarakat luas, seperti pertunjukan barongsai, parade budaya, dan bazar makanan khas Tionghoa. Acara-acara ini tidak hanya memperkuat identitas budaya Tionghoa, tetapi juga memperkaya keragaman budaya di Tegal.

Keberadaan Klenteng Tek Hay Kiong yang telah berdiri selama hampir dua abad menunjukkan toleransi dan harmoni antara berbagai komunitas etnis di Tegal. Klenteng ini tidak hanya dihormati oleh masyarakat Tionghoa, tetapi juga diterima dengan baik oleh masyarakat setempat dari berbagai latar belakang. 

Keharmonisan ini terlihat pada saat-saat perayaan, di mana masyarakat dari berbagai kalangan sering berpartisipasi atau sekadar menikmati kemeriahan bersama. Dengan semua nilai historis, budaya, dan keagamaan yang dimilikinya, Klenteng Tek Hay Kiong tetap menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Tionghoa di Tegal.  (Sumber: visitjawatengah.jatengprov.go.id)

You Might Also Like

Ayam Kalasan, Sajian Dengan Guyuran Air Kepala

Seni Bela Diri Godot, Pencak Silat Tarik Ulur Khas Karawang 

Jaranan Mataraman, Representasi Prajurit Mataram dari Blitar 

Candi Banyunibo Sleman, Sebatang Kara di Tengah Persawahan

Pesona Budaya Megalitikum di Desa Wisata Tebara

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Paabingkon Pahompu Paabingkon, Upacara Kelahiran Cucu Pertama di Simalungun
Next Article Mencicipi Cita Rasa Soto Tauco Tegal yang Menggugah Selera
1 Comment 1 Comment
  • Pingback: 9 Pantangan dan Larangan Saat Imlek yang Harus Dihindari - emmanus.com

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?