Kue Kembang Goyang, salah satu kue tradisional khas Betawi, mungkin sudah tidak sebanyak dulu dijumpai di pasaran. Namun, saat Idul Fitri tiba, kue ini tetap menjadi suguhan yang mewakili keramahan warga Betawi.
Kue ini menjadi salah satu pilihan untuk menyambut tamu yang datang bersilaturahmi di hari raya. Saat ini Kue Kembang goyang banyak diproduksi menjadi camilan tidak hanya saat Idul Fitri saja.
Asal Usul dan Bentuk yang Unik
Melansir dari Wikipedia, nama “Kembang Goyang” sendiri diambil dari bentuknya yang menyerupai kelopak bunga (kembang). Cara pembuatannya yang khas yaitu menggoyang-goyangkan cetakan hingga adonan terlepas.
Proses ini memberikan kue Kembang Goyang tekstur yang renyah. Kue ini awalnya terbuat dari tepung beras atau tepung ketan, yang kemudian digoreng hingga berwarna keemasan.
Meskipun cara pembuatannya tergolong sederhana, kue Kembang Goyang memiliki keunikan yang tidak hanya terletak pada bentuknya, tetapi juga pada cita rasanya yang manis dan gurih.
Salah satu daya tarik utama kue ini adalah teksturnya yang renyah, cocok untuk menjadi camilan saat berbuka puasa maupun saat berkunjung ke rumah saudara atau tetangga.
Varian Rasa yang Semakin Beragam
Berdasarkan informasi dari senibudayabetawi.com, seiring berjalannya waktu Kembang Goyang tidak hanya diproduksi dalam bentuk asli, tetapi juga telah berevolusi dengan menambah varian rasa.
Kini, kita dapat menemukan kue ini dengan rasa pandan, frambozen, atau bahkan biji wijen. Dengan tambahan pewarna alami, kue ini tampak lebih menarik, terutama ketika disajikan di toples bening yang terlihat cantik dan menggugah selera.
Varian rasa dan warna yang beragam ini juga mempermudah kue Kembang Goyang untuk disesuaikan dengan berbagai tema perayaan, termasuk Idul Fitri.
Tidak hanya enak, penampilan kue yang menarik ini juga menjadi daya tarik tersendiri, yang membuat setiap tamu yang datang semakin betah menikmati hidangan di meja tamu.
Kembang Goyang dalam Tradisi Betawi
Melansir dari Viva, Kue Kembang Goyang telah menjadi bagian dari tradisi Betawi yang tak terpisahkan, terutama pada momen-momen penting seperti perayaan Idul Fitri.
Di masa lalu, kue ini menjadi salah satu kue yang wajib ada di setiap rumah Betawi, tak hanya sebagai suguhan, tetapi juga sebagai simbol kehangatan dan kebersamaan dalam perayaan hari raya.
Namun, dengan hadirnya banyak variasi kue kering modern, keberadaan kue Kembang Goyang kini mulai jarang ditemukan, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta.
Meskipun demikian, di beberapa daerah yang masih memegang erat tradisi Betawi, kue ini tetap diproduksi dan disajikan saat Lebaran. Ini adalah salah satu cara untuk melestarikan kekayaan kuliner Betawi yang penuh dengan nilai budaya dan sejarah. (Dari berbagai sumber)