By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Legenda Keke Panagian, Melanggar Aturan Demi Impian
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Cerita Rakyat > Legenda Keke Panagian, Melanggar Aturan Demi Impian
Cerita Rakyat

Legenda Keke Panagian, Melanggar Aturan Demi Impian

Achmad Aristyan
Last updated: 05/01/2025 13:21
Achmad Aristyan
Share
Ilustrasi legenda Keke Panagian dari Sulawesi Utara. Foto: Tangkapan layar Youtube/ Singkat Cerita Tentang
SHARE

Keke Panagian adalah salah satu tokoh perempuan dalam cerita rakyat Minahasa, Sulawesi Utara, yang mencerminkan karakter perempuan dengan tekad yang kuat dan kemauan keras.

Dalam budaya Minahasa, perempuan tidak dibedakan derajatnya dengan laki-laki, dan kisah Keke Panagian adalah contoh nyata dari kekuatan tekad seorang perempuan.

Awal Kehidupan Keke Panagian

Melansir dari YouTube Singkat Cerita Tentang, Keke Panagian lahir dari pasangan Pontohroring dan Mamalauan, yang telah lama mendambakan anak.

Setelah bertahun-tahun berdoa, pasangan ini akhirnya dikabulkan doanya melalui pengobatan yang diberikan tabib Mondoringin dan istrinya, Laloan. 

Keke, yang tumbuh menjadi gadis cantik dan penyayang, sangat peduli pada sesama dan alam, bahkan pernah berusaha menyelamatkan teman dan hewan yang dalam bahaya.

Larangan Orang Tua

Sebagai orang tua yang sangat menyayangi, Pontohroring dan Mamalauan sangat melindungi Keke. Mereka melarangnya bepergian jauh, terutama di malam hari, demi keselamatannya. 

Namun, larangan ini justru membuat Keke merasa terkurung. Suatu malam, di tengah pesta syukur panen meriah di desa, Keke sangat ingin hadir, terutama untuk menari Maengket, tarian tradisional yang melibatkan seluruh warga desa. 

Meski orang tuanya melarangnya, Keke tetap nekat pergi.

Keke Panagian Melanggar Aturan

Pada malam itu, di bawah cahaya bulan purnama, Keke mengikuti sebuah jalan cahaya yang membawanya ke tempat pesta. Di sana, ia ikut menari Maengket dengan begitu lihai, meski baru pertama kali melakukannya. 

Namun, ketika kembali ke rumah, Keke diusir orang tuanya karena telah melanggar peraturan yang dibuat demi keselamatannya.

Perjalanan Menuju Keabadian

Dengan hati yang penuh penyesalan, Keke pergi ke rumah bibinya, namun merasa kesepian dan tidak diterima. Pada malam yang sunyi, sebuah cahaya turun dari langit, membentuk tangga yang mengajak Keke untuk naik. 

Saat Keke menaiki tangga cahaya itu, orang tuanya menyadari kesalahan mereka dan memohon untuk memaafkannya. Namun, Keke terus naik, menuju langit, meninggalkan dunia dan keluarga yang sangat mencintainya.

Sejak itu, penduduk desa Wanua Uner percaya bahwa setiap kali bulan purnama, Keke Panagian merayakan pesta syukur di langit melalui cahaya bulan.

Kisah Keke Panagian mengajarkan kita pentingnya komunikasi dan saling pengertian dalam hubungan orang tua dan anak. 

Orang tua harus mampu berdiskusi dengan bijak seiring bertambahnya usia anak. Selain itu, kisah ini mengingatkan kita bahwa penyesalan datang terlambat, dan pentingnya memberi maaf, agar kita dapat mencapai kedamaian dalam hati. 

You Might Also Like

Dua Mahapatih Legendaris Majapahit, Mpu Nambi dan Gajah Mada

Dukuh Krojok, Legenda Murid Ki Bahurekso dan Anak Ki Demang

Filosofi Di Balik Keindahan Batik Rereng Ciwangi Sukabumi

Legenda Cinta Telaga Biru yang Mengubah Takdir Desa Mamuya

Gunung Genthong, Legenda Prabu Brawijaya dan Raden Patah

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Jejak Karya Maestro Koreografer Tari Sunda Enoch Atmadibrata
Next Article Taman Putroe Phang, Dari Warisan Sultan jadi Wadah Kreativitas
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?