Siapa yang tak mengenal keindahan alam Kebumen, Jawa Tengah seperti yang ada di Pantai Pandan Kuning? Wilayah ini menyimpan banyak destinasi wisata, khususnya pantai-pantai yang memikat hati para wisatawan, baik dari dalam maupun luar daerah. Pantai Pandan Kuning misalnya, bukan hanya karena keindahannya, tetapi juga karena nuansa mistis yang menyelimutinya.
Nama Pandan Kuning mungkin sudah tak asing bagi masyarakat Kebumen, terutama mereka yang tinggal di sekitar wilayah Pantai Petanahan. Pantai ini sering dikaitkan dengan legenda Laut Selatan dan penguasa gaibnya, Nyi Roro Kidul. Di pantai ini, konon terdapat Pondok Keramat Pandan Kuning, tempat yang dianggap sebagai gerbang menuju dunia gaib. Bangunan tersebut sering digunakan untuk bersemedi oleh mereka yang berharap bisa bertemu dengan Sang Ratu Laut Selatan melalui ritual-ritual tertentu.
Sunarti, seorang warga asli Petanahan yang kini tinggal di pusat kota Kebumen menyebut, saat dirinya masih kecil, Pandan Kuning sering dikunjungi oleh orang-orang yang memiliki maksud tertentu, seperti mencari petunjuk atau bersemedi di Pondok Keramat. Ia mendengar bahwa mereka yang beruntung bisa bertemu dengan Nyi Roro Kidul dan keinginannya dikabulkan, asalkan memenuhi syarat yang diminta. “Waktu saya kecil, banyak orang datang ke Pandan Kuning untuk bersemedi. Sekarang sudah jarang,” ujar Sunarti, mengenang masa lalu.
Kyai Langgeng, Prajurit Sandi Legendaris dari Magelang
Seiring berjalannya waktu, nuansa mistis Pandan Kuning mulai terlupakan. Kini, pantai ini lebih dikenal sebagai destinasi wisata alam yang indah, dengan pohon-pohon cemara yang teduh menghiasi sekitarnya. “Orang-orang sekarang datang ke sini lebih untuk berwisata, menikmati pantainya yang asri,” tambah Sunarti.
Tak hanya menyimpan pesona alam, Pantai Pandan Kuning juga menyimpan cerita legenda yang turun temurun. Sunarti melanjutkan kisah tentang masa pemerintahan Raja Sutawijaya di Mataram, saat seorang gadis cantik bernama Dewi Sulastri lahir. Sulastri, seorang putri bangsawan, dikenal karena kecantikannya dan sikapnya yang ramah.
Namun, meski hidup di lingkungan terhormat, Sulastri merasa terkekang oleh adat yang berlaku. Ayahnya, Bupati Citro Kusumo, telah menjodohkannya dengan Adipati Joko Puring dari Bulupitu. Namun Sulastri justru jatuh cinta pada Raden Sujono, seorang anak Demang dari Wonokusumo yang datang untuk mengabdi di wilayah tersebut.
Cerita cinta segitiga ini berujung pada konflik besar di Kabupaten Pucang Kembar, tempat Sulastri tinggal. Meski pada akhirnya Raden Sujono berhasil memenangi sayembara dan menikahi Sulastri, kisahnya tidak berhenti di sana. Saat Sujono tengah bertugas memberantas para penjahat, Joko Puring berhasil melarikan Sulastri ke Pantai Karanggadung, yang kini dikenal sebagai Pantai Petanahan.
Namun Sujono segera mengejar, dan pertempuran sengit antara dua pria sakti itu pun tak terelakkan. Pada akhirnya, Sujono berhasil merebut kembali istrinya. Dalam salah satu versi cerita, dikisahkan bahwa saat Sulastri diikat di pohon pandan, pohon tersebut berubah menjadi pandan kuning—itulah asal mula nama Pandan Kuning.
Kini, Pandan Kuning yang menjadi bagian dari Pantai Petanahan telah menjelma menjadi salah satu obyek wisata yang memesona. (Achmad Aristyan – Sumber: kebumenonnews.kebumenkab.go.id)