By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Nguras Enceh, Tradisi Sakral di Kompleks Makam Raja Imogiri
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Nguras Enceh, Tradisi Sakral di Kompleks Makam Raja Imogiri
Tradisi

Nguras Enceh, Tradisi Sakral di Kompleks Makam Raja Imogiri

Achmad Aristyan
Last updated: 24/01/2025 07:06
Achmad Aristyan
Share
Ritual Nguras Enceh di Imogiri, Yogyakarta. Foto: warisanbudaya.kemdikbud.go.id
SHARE

Salah satu tradisi budaya yang masih dilakukan masyarakat Imogiri, Yogyakarta yakni Nguras Enceh. Ritual ini melibatkan pengisian ulang air ke dalam empat tempayan (enceh) yang terletak di Kompleks Makam Raja-Raja Imogiri. 

Tradisi ini tidak hanya menjadi wujud penghormatan terhadap leluhur, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai sejarah dan spiritual.  

Awal Mula Nguras Enceh

Melansir dari bantulkab.go.id, tradisi ini bermula pada masa pemerintahan Sultan Agung, penguasa Kesultanan Mataram.

Setelah memenangkan perang melawan aliansi beberapa kerajaan, yakni Kesultanan Aceh, Palembang, Utsmaniyah (Turki Utsmani), dan Kerajaan Siam (Thailand-Myanmar), Sultan Agung menjalin persahabatan dengan kerajaan-kerajaan itu. 

Sebagai simbol perdamaian, masing-masing kerajaan menghadiahkan sebuah tempayan atau enceh. Keempat enceh itu ditempatkan di area makam Sultan Agung di Imogiri. 

Dua enceh, Nyai Danumurti dan Kyai Danumaya, berasal dari Kesultanan Palembang dan Kesultanan Aceh, yang kini menjadi milik Keraton Yogyakarta.

Sementara itu, enceh Kyai Mendung dan Nyai Siyem, hadiah dari Kesultanan Utsmaniyah dan Kerajaan Siam, kini menjadi milik Keraton Surakarta. 

Letak masing-masing enceh simbol hierarki kedua keraton dalam silsilah Kesultanan Mataram.

Rangkaian Ritual Nguras Enceh

Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, ritual Nguras Enceh diawali sehari sebelumnya dengan kirab budaya dari Kecamatan Imogiri menuju Kompleks Makam Raja-Raja di Pajimatan, Girirejo.

Kirab ini dimeriahkan seni tradisional seperti Gunungan, Prajurit Lombok Abang, Jatilan, Gejog Lesung, dan Selawatan, menciptakan suasana yang sakral dan meriah.  

Di hari pelaksanaan, prosesi diawali doa dan tahlilan bersama di depan masing-masing enceh. Abdi dalem Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta, yang berpakaian khas, bergantian memimpin.

Setelah doa selesai, air dari keempat enceh dikuras dan dibagikan kepada para pengunjung yang percaya akan manfaat spiritual dan kesehatan dari air itu.

Pemaknaan dan Kepercayaan

Pada masa Sultan Agung, air dalam tempayan ini digunakan untuk wudu. Masyarakat mempercayai, air dari keempat enceh memiliki kekuatan spiritual, termasuk menyembuhkan berbagai penyakit. 

Tradisi ini sekaligus menjadi simbol penghormatan kepada warisan leluhur, pengingat akan nilai-nilai persahabatan, serta cara menjaga harmoni antara manusia, budaya, dan spiritualitas.

Inklusivitas dan Pengelolaan Bersama

Kompleks Makam Raja-Raja Imogiri dikelola dua keraton, Yogyakarta dan Surakarta. Masing-masing memiliki perwakilan berupa abdi dalem yang bertugas menjaga kelangsungan tradisi dan ritual. 

Sebanyak 103 abdi dalem bertugas di area makam, terdiri atas 62 orang dari Keraton Yogyakarta dan 41 orang dari Keraton Surakarta. 

You Might Also Like

Bundokanduang Padang Hidupkan Lagi Tradisi Mancucuak Suntiang

Tradisi Badabus Dari Ritual Kebatinan Ke Seni Beladiri

Menggali Makna Tradisi Bakar Batu Masyarakat Papua

Subak, Warisan Dunia dan Pesona Wisata Bali

Tradisi Tolak Bala Robo-Robo, Warisan Leluhur Kalimantan Barat

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Elang Jawa, Simbol Garuda yang Lestari di Kawasan Bromo
Next Article Menjelang Liburan Panjang, Yogyakarta Pomosi Teras Malioboro
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

festival mendongeng 2025
Festival Mendongeng 2025 di Wonosobo, Dorong Kreativitas dan Literasi
Berita 09/05/2025
peran bahasa
Peran Bahasa di Era Digital 5.0, untuk Bangun Karakter Bangsa
Berita 09/05/2025
ATM Dubai 2025
Indonesia Raup Potensi Devisa Rp1,42 Triliun dari Partisipasi di ATM Dubai 2025
Berita 09/05/2025
wisata literasi
Bupati Temanggung Dorong Wisata Literasi, untuk Dongkrak Minat Baca
Berita 09/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?