Malean Sampi merupakan salah satu tradisi yang dilakukan para petani di Lombok, Nusa Tenggar Barat. Tradisi sebagai wujud syukur petani ini digelar dengan cara balapan sapi. Namun, acara ini lebih difokuskan pada kemampuan seseorang dalam mengendalikan sapi.
Budaya Malean Sampi di Lombok biasanya digelar di areal persawahan di Kecamatan Lingsar dan Kecamatan Narmada. Dalam bahasa Sasak-Lombok Malean Sampi berarti mengejar sapi.
Dalam bahasa Sasak, Malean Sampi terdiri dari kata Malean yang artinya mengejar dan sampi yang artinya sapi. Malean Sampi mengedepankan skill mengendalikan sapi yang dilengkapi gau, ayuga, samet, dan serumpungan atau kerotok.
Beda dengan karapan sapi di Madura yang bertujuan untuk lomba. Balap sapi di Lombok merupakan wujud rasa syukur para petani atas hasil panen dan persiapan menyambut musim tanam.
Prosesi Malean Sampi
Sebelum perlombaan, sapi terlebih dahulu dihias dan dipercantik dengan ornamen warna-warni. Hiasan bisa berupa bendera, stiker atau umbul-umbul kecil dan piranti pelengkap.
Sapi yang dikonteskan dipilih dari pejantan yang tanduknya sudah kelihatan keras. Itu dilakukan untuk memudahkan pemilik sapi mengajarkan cara bertanding. Sepasang sapi ditunggangi joki yang tangguh dan berpengalaman.
Joki harus mampu mengendalikan sapi agar berlari secepat mungkin menuju garis finish. Selanjutnya, pasangan sapi ini dikonteskan dengan berlari melewati jalur lurus di lahan berlumpur. Panjang lintasan rata-rata sekitar 100-200 meter.
Tradisi Malean Sampi ini tidak mengenal istilah menang dan kalah. Namun sapi yang larinya bagus, tak berbelok, serta kemampuan joki dalam mengendalikan, otomatis menjadi incaran para saudagar sapi. Biasanya sapi bisa dibeli dengan harga tinggi sekitar Rp. 30-35 juta.
Malean Sampi dikenal sebagai budaya unik di Lombok. Tidak hanya balap sapi, namun di event Malean Sampi juga menampilkan sejumlah permainan khas lombok, seperti peresean. Sebelum di konteskan, pasangan sapi melakukan parade mengelilingi arena lomba.
Usai prosesi ini, tamu undangan dan wisatawan mengikuti acara makan bersama ala Sasak yakni Begibung. Tradisi ini bermakna kesetaraan, solidaritas, nilai sederhana, dan rendah hati.
Tradisi Malean Sampi tidak hanya menjadi hiburan rakyat tetapi juga sarat makna budaya. Warisan budaya Sasak ini menggambarkan hubungan harmonis antara manusia, hewan, dan alam. (Diolah dari berbagai sumber)