Tari Ronggeng, salah satu tarian yang penari utamanya dibawakan seorang perempuan. Tarian ini sering dikaitkan dengan hal mistis. Selain itu juga dikonotasikan negatif karena gerakannya yang dianggap sensual dan menggoda.
Dibalik keindahan gerakan tarian tradisional ini terdapat kisah yang panjang. Tarian ini berasal dari Kisah Dewi Siti Semboja. Menurut versi lain, penari ronggeng disebut sebagai penjelmaan Dewi Sri, dewi kesuburan.
Asal Usul Tarian Simbol Kesuburan
Di masa lalu, Tari Ronggeng sering kali dianggap sebagai simbol kesuburan dan penghubung antara manusia dengan dunia spiritual. Para penari ronggeng bahkan disebut sebagai penjelmaan Dewi Sri, dewi kesuburan dalam kepercayaan masyarakat Jawa.
Namun, setelah masuknya Islam ke Nusantara, tarian ini mengalami transformasi menjadi kesenian yang lebih bersifat hiburan dan non-religius. Meskipun unsur magisnya masih tetap terasa.
Tari Ronggeng memiliki kisah asal usul yang berakar dari legenda Dewi Siti Semboja. Dia adalah seorang putri dari Keraton Galuh Pakuan Pajajaran. Ia berniat membalaskan dendam atas kematian kekasihnya, Raden Anggalarang.
Kekasih Dewi Siti Semboja sendiri tewas dibunuh sekelompok perampok Kasalamundra dalam perjalanan menuju Pananjung, Pangandaran. Demi menemukan para pelaku, Dewi Siti Semboja menyamar sebagai penari ronggeng.
Baca juga: Perpaduan Tari Ronggeng dan Lawakan dalam Topeng Banjet
Bersama para dayangnya, dia berkeliling dari satu tempat ke tempat lainnya. Maka dari itu, Ronggeng juga disebut sebagai bagian dari tradisi tari keliling.
Istilah “ronggeng” ini untuk menyebut penari wanita yang menjadi pusat perhatian dalam pentas.
Keberadaan tarian ini juga didukung temuan arkeologis pada tahun 1977. Temuan ini berupa Candi Pamarican yang terletak di Kampung Sukawening, Desa Sukajaya, Pamarican, Ciamis.
Di sekitar candi tersebut ditemukan arca nandi dan batu yang menyerupai gong kecil, yang dipercaya memiliki kaitan erat dengan kesenian Ronggeng.
Transformasi dari Masa ke Masa
Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, tarian ini mengandung unsur dinamisme dan animisme yang kuat. Sebelum pertunjukan dimulai, sering kali diadakan ritual sesajen untuk menghindari gangguan roh-roh jahat selama pementasan berlangsung.
Seiring perkembangan zaman, pertunjukan Tari Ronggeng mengalami banyak perubahan. Dulunya tarian penari ronggeng ini dikaitkan dengan gerakan yang berkonotasi negatif. Kini elemen tarian ini telah mengalami penyesuaian.
Saat ini, Tari Ronggeng sering ditampilkan dalam acara pernikahan, khitanan, serta berbagai perayaan budaya di Indonesia. Gerakannya juga disesuaikan dengan norma masyarakat modern.
Tari Ronggeng kini telah bertransformasi menjadi bagian dari seni pertunjukan yang lebih diterima oleh masyarakat luas. (Dari beberapa sumber)