Seni budaya pertunjukan Wayang Golek, hingga kini masih eksis dan terus mengisi panggung seni atau panggung hiburan yang digelar masyarakat Jawa Barat. Tokoh-tokoh dari boneka kayu itu, sebut saja tokoh Cepot atau Astrajingga, Dawala dan Gareng bahkan sangat populer dan dikenal luas masyarakat Sunda.
Namun dibalik itu, pembuat atau perajin boneka kayu atau wayang, saat ini sudah jarang ditemukan. Di kota Bandung saja hanya tersisa Toto Hadiyanto yang masih kukuh mengukir kayu di rumahnya. Tangannya masih dengan teliti menciptakan karakter-karakter wayang golek mulai Pandawa Lima hingga Panakawan.
Baca juga: Menteri Kebudayaan Fadli Zon Ajak Lestarikan Wayang
Belajar Otodidak
Melansir dari laman resmi Pemkot Bandung, pria berusia 59 tahun itu sudah menggeluti kerajinan wayang golek lebih dari 33 tahun yakni sejak tahun 1990. Setiap hari dia membuat wayang di rumahnya, di Kelurahan Karang Pawulang Kecamatan Mandalajati Kota Bandung.
“Saya belajar membuat wayang golek secara autodidak. Awalnya karena hobi terus cari kerja susah, akhirnya jadi perajin,” kata Toto saat ditemui di rumahnya.
Jenis wayang yang sering dibuat yaitu Pandawa Lima dan Panakawan. Menurutnya, kedua wayang tersebut paling diminati atau paling banyak dipesan oleh konsumen. “Karakter Panakawan yaitu Semar, Cepot, Dawala, dan Gareng paling laku,” katanya.
Baca juga: Perjalanan Wayang Gagrag Banyumasan Mengikuti Zaman
Pesanan Luar Kota
Harga wayang golek yang Toto buat disesuaikan dengan ukuran. Ada 4 ukuran yang dibuatnya yakni ukuran 50 cm, 40 cm, 30 cm, dan 20 cm. Toto menjual wayang mulai dari Rp30.000 untuk ukuran paling kecil 20 cm. Sedangkan ukuran paling tinggi yaitu 50 cm dibanderol Rp200.000-300.000 untuk satu wayang.
Toto pun kerap menerima pesanan dari konsumen di luar ukuran, misal gantungan kunci atau untuk souvenir. Rata-rata dalam seminggu, ia bisa menyelesaikan hampir 50 wayang golek.
Dalam membuat wayang golek, ia dibantu sang istri yang bertugas membuat pakaian wayang. “Setiap hari tidak tentu dan bagaimana pesanan juga. Paling tidak 30-40 per minggu ada untuk berbagai ukuran wayang golek,” ujarnya.
Ia mengatakan, wayang miliknya pernah dikirim ke luar kota seperti Cikarang, Banten dan Karawang, bahkan ke luar pulau Jawa.”Tapi membuat wayang ini tidak setiap hari juga, kadang sepi. Banyaknya yang beli itu untuk galeri, sampai dari berbagai daerah datang untuk membeli,” ujar dia.
Kini, sang putra juga telah mengikuti jejaknya menjadi perajin Wayang. Ia berharap semakin banyak perajin yang bermunculan, hal ini kata dia, untuk regenerasi yang baik.
“Regenerasi agak susah. Karena susah mengukir, banyak menyerah dalam belajar. Semoga semakin banyak yang tertarik menjadi perajin,” ungkap Toto.