Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengungkapkan rencana besar pemerintah untuk menulis ulang sejarah Indonesia dengan melibatkan 100 sejarawan dari berbagai perguruan tinggi di tanah air.
Upaya ini disebut sebagai langkah strategis untuk menyusun ulang narasi sejarah bangsa yang lebih akurat dan relevan dengan perkembangan zaman.
Fadli menegaskan bahwa saat ini para sejarawan masih bekerja merumuskan kerangka penulisan ulang sejarah nasional.
“Ya, mereka (sejarawan) sedang bekerja. Saya juga belum tahu hasilnya seperti apa,” ujar Fadli usai menghadiri Mata Lokal Fest 2025 di Hotel Shangrila, Jakarta, Kamis (8/5/2025) dikutip dari wartakota.tribunnews.com.
Baca Juga: Pidato Pertama Paus Leo XIV Disambut Haru di Vatikan
Menurut Fadli, para sejarawan itu berasal dari puluhan kampus negeri dan swasta di seluruh Indonesia.
Meski demikian, ia belum menyebutkan nama-nama akademisi yang terlibat.
Ia juga membantah bahwa proyek ini merupakan arahan khusus dari Presiden Prabowo Subianto.
“Pemerintah menyerahkan semuanya kepada sejarawan. Mereka yang menilai, melihat, dan menulis,” katanya.
Dalam prosesnya, penulisan sejarah baru ini akan tetap mengacu pada dokumen-dokumen penting yang pernah ada, seperti Sejarah Nasional Indonesia tahun 1984 serta Indonesia dalam Arus Sejarah yang diterbitkan pada 2012.
Penulisan ulang ini juga akan menghapus atau meninjau kembali beberapa istilah lama, salah satunya adalah narasi bahwa Indonesia dijajah selama 350 tahun.
Fadli berharap hasil penulisan ulang sejarah ini bisa diluncurkan pada Agustus 2025, bertepatan dengan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia.
“Kita harus syukuri 80 tahun ini, kan delapan dasawarsa. Sejak dulu kita selalu punya tradisi buku-buku 10 tahun, 20 tahun Indonesia Merdeka. Belakangan ini agak terhenti, dan ini momen untuk memulainya kembali,” ujarnya.
Ia juga menyatakan akan segera berkoordinasi dengan sektor pendidikan agar naskah sejarah versi baru ini bisa dijadikan bahan ajar resmi di sekolah dan lembaga pendidikan lainnya.
“Ini akan menjadi sejarah formal kita,” tambahnya.
Budaya sebagai Fondasi Pembangunan Berkelanjutan
Dalam forum bertajuk Mobilizing Culture for a Sustainable Indonesia, Fadli Zon turut menyoroti pentingnya budaya sebagai fondasi pembangunan yang berkelanjutan.
Ia menyebut bahwa budaya merupakan harta karun nasional yang tidak akan habis seperti sumber daya alam.
“Ketika minyak, gas, dan batubara habis, budaya tetap hidup jika kita rawat, lindungi, dan manfaatkan,” tegasnya di hadapan peserta Summit VI Mata Lokal Fest (MLF) 2025.
Meski demikian, Fadli menyayangkan bahwa kekayaan budaya Indonesia selama ini masih banyak dijadikan etalase semata, belum benar-benar dikelola sebagai kekuatan strategis bangsa.
Padahal, Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat luar biasa: 1.340 etnis, 718 bahasa daerah, 2.213 warisan budaya takbenda, dan 228 cagar budaya nasional.
Dari jumlah itu, 16 budaya telah diakui UNESCO sebagai Intangible Cultural Heritage.
Baca Juga: Festival Lampion Waisak 2025 di Borobudur, Ini Cara Pesan Tiketnya
Fadli bahkan menyoroti penemuan arkeologis seperti situs Homo Erectus dan lukisan purba berusia 51 ribu tahun sebagai bukti panjangnya sejarah budaya di Nusantara.
“Budaya kita adalah yang tertua dan terkaya, dari Aceh hingga Papua,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa budaya tidak hanya menjadi warisan, tapi juga sumber inovasi, kekuatan pariwisata, dan motor ekonomi kreatif.
“Dengan hadirnya Kementerian Kebudayaan, saya ingin pemajuan budaya lebih berdampak nyata. Kita harus bangga dengan budaya sendiri, bukan malah meniru budaya asing,” pungkasnya.