By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Huta Siallagan, Pesona Budaya Batak Di Tepi Danau Toba
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Huta Siallagan, Pesona Budaya Batak Di Tepi Danau Toba
Warisan Budaya

Huta Siallagan, Pesona Budaya Batak Di Tepi Danau Toba

Ridwan
Last updated: 19/10/2024 00:11
Ridwan
Share
3 Min Read
Bangunan rumah tradisional di Huta Siallagan, Sumatera Utara.
Suasana di Huta Siallagan, kawasan cagar budaya di tepian Danau Toba. Foto: wikimedia commons
SHARE

Huta Siallagan, merupakan kawasan cagar budaya di tepian Danua Toba. Lokasi tepatnya berada di Tuktuk, Desa Siallagan, Pindaraya, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Desa adat ini menyimpan banyak peninggalan sejarah dan kekayaan budaya Batak. 

Keindahan Danau Toba sudah tidak lagi asing bagi  kalangan masyarakat Indonesia, namun juga bagi wisatawan mancanegara. Tak hanya dikaruniai keindahan alam namun juga sarat dengan kekayaan budaya Batak. 

Salah satu bukti kentalnya nuansa budaya Batak di Pulau ini bisa dilihat di Huta Siallagan, salah satu desa di daerah Ambarita, Pulau Samosir. Tempat ini menampakkan keaslian bangunan-bangunan adat dan juga pagelaran budaya Batak. 

Huta sendiri artinya desa/kampung, dan Siallagan adalah nama marga raja pendiri desa tersebut. Marga pendiri huta disebut marga raja atau marga tano. Marga-marga lain yang juga tinggal di huta dinamakan marga boru. Siallagan sendiri adalah marga Batak Toba keturunan dari Raja Nai Ambaton yang mengikuti garis keturunan Raja Isumbaon, putra kedua Si Raja Batak.

Baca Juga: Danau Toba: Antara Fakta Ilmiah dan Legenda

Rumah adat yang ada di Huta Siallagan terdiri dari Rumah Bolon, Rumah Siamporik, dan Rumah Sibola Tali. Rumah Bolon bentuknya lebih besar, tangga dari dalam dan dihuni oleh raja dan anaknya.

Rumah Sibola Tali bentuknya lebih langsing dan kecil, dihuni oleh kerabat raja (anak laki-laki). Sedangkan, Rumah Siamporik, bentuknya lebih kecil, dihuni oleh keluarga yang diundang tinggal di huta itu (boru, bere, dan marga siallagan yang bukan keturunan raja)

Di Huta Siallagan, rumah-rumah adat tersebut berdiri tanpa diberikan sekat ataupun pagar. Makna filosofis dari hal tersebut adalah masyarakat yang tinggal dalam satu huta terikat bersama, menjadi satu kesatuan. Dengan begitu, mereka saling membantu, menjaga, dan menyelesaikan masalah bersama.

Kursi Batu Pengadilan

Selain rumah adat, ada juga batu kursi atau batu persidangan dan batu parhapuran, yang dikelilingi tembok batu setinggi 1,5 meter. Batu persidangan ini merupakan tempat raja Siallagan zaman dahulu mengadili penjahat. 

Di samping kursi persidangan tumbuh pohon yang disebut sebagai pohon kebenaran, yang merupakan Pohon Hariara. Semua keputusan pengadilan yang diambil raja disampaikan atau disumpahkan ke pohon ini. 

Di dalam kompleks ini juga terdapat makam raja Siallagan dan keturunannya, area eksekusi untuk menghukum penjahat yang sudah diadili, rumah untuk memasung penjahat, berbagai totem dari kayu, dan tidak ketinggalan boneka Sigale-gale.

Diketahui boneka Sigale-gale memiliki keunikan yaitu dapat menari, bergerak sendiri bahkan mengeluarkan air mata saat ritual tertentu. Ritual tersebut memiliki tujuan untuk memanggil arwah yang sudah meninggal. 

Sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia, Huta Siallagan, bersama dengan cagar budaya lainnya sudah semestinya kita lestarikan. Dengan begitu, generasi mendatang dapat mengenal sejarah dan peninggal yang membentuk Indonesia saat ini. (Anisa Kurniawati-Sumber: itjen.kemdikbud.go.id)

You Might Also Like

Tari Golek Ayun-Ayun, Ekspresi Kecantikan Gadis Jawa

Rahasia di Balik Kelezatan Sate Lilit khas Pulau Dewata

Kuliner Tradisional Jenang Saren Khas Jawa yang Kian Langka

Kain Tenun Corak Insang, Representasi Nelayan Melayu Pontianak

Chattra Di Stupa Candi Borobudur Perlu Dorongan Politis

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Ridwan
Content Editor
Previous Article Rebana Biang, Seni Warisan Budaya Betawi yang Memukau
Next Article Meugang, Tradisi Aceh Sambut Ramadan dan Hari Raya
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?