Di Ternate, Maluku Utara berdiri sebuah benteng peninggalan kolonial bernama Benteng Tolukko.Benteng ini menjadi saksi konfrontasi antara Portugis, Belanda, dan Kesultanan Ternate dalam menguasai perdagangan rempah.
Lokasi tepatnya berada di Kelurahan Sangaji, Ternate Utara, Ternate, Maluku Utara. Nama “Tolukko” memiliki beberapa versi cerita. Pertama, diambil dari nama penguasa kesepuluh di singgasana Ternate, yakni Kaicil Tolukko.
Namun, karena sultan ini baru memerintah pada 1692, maka tidak mungkin nama benteng ini diberikan mengikuti nama sultan itu.
Versi lain menyebutkan bahwa nama itu merupakan adaptasi dari nama Santo Lucas. Namun masyarakat Ternate mengalami kesulitan dalam melafalkan nama asli benteng itu. Sehingga menyingkatnya disebut dengan Tolukko.
Sejarah Awal Benteng Tolukko
Benteng Tolukko, awalnya dikenal dengan nama Benteng Santo Lucas, didirikan panglima Portugis Fransisco Serrao pada tahun 1540. Benteng ini dirancang sebagai pusat pertahanan dan penyimpanan rempah Ternate, terutama cengkeh.
Lokasinya yang strategis di puncak bukit dekat perairan memungkinkan Portugis untuk mengawasi pergerakan di Istana Kesultanan Ternate dan sekitarnya. Namun, kekuasaan Portugis di Ternate tidak bertahan lama.
Setelah perlawanan sengit yang dipimpin oleh Sultan Baabullah, Portugis berhasil diusir pada tahun 1577. Benteng Tolukko kemudian dikuasai Kesultanan Ternate.
Peran Belanda dan Transformasi Benteng
Belanda kemudian datang dan mengambil alih benteng ini. Setelah melakukan beberapa renovasi, mereka mengganti nama benteng menjadi Benteng Hollandia pada tahun 1610. Benteng ini menjadi salah satu pusat pertahanan Belanda di Ternate.
Pada saat itu digunakan untuk menghadapi ancaman dari bangsa Eropa lainnya, seperti Spanyol. Selain itu juga untuk menjaga kepentingan perdagangan mereka.
Benteng ini dilengkapi dengan fasilitas militer, termasuk barak tentara, gudang senjata, dan tempat penyimpanan logistik.
Menurut catatan sejarah Belanda, pada tahun 1612 terdapat sekitar 15 hingga 20 tentara yang bertugas di sana, dilengkapi dengan persenjataan lengkap
Gubernur Jacques le Febre pada tahun 1627 menambah dua menara kecil untuk memperkuat benteng.
Benteng Tolukko di Masa Kini
Meskipun telah mengalami berbagai perubahan kekuasaan, Benteng Tolukko tetap berdiri megah hingga kini. Setelah Indonesia merdeka, benteng ini dipugar pada tahun 1996 untuk melestarikan nilai sejarahnya.
Salah satu daya tarik dari benteng ini adalah adanya lorong rahasia. Konon lorong ini menghubungkan langsung ke wilayah pantai. Akan tetapi sekarang lorong itu telah ditutup demi alasan keamanan.
Benteng Tolukko kini menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang populer di Ternate. Pengunjung dapat mengeksplorasi benteng ini dan belajar tentang peran penting Ternate dalam perdagangan rempah-rempah global pada masa lalu.
Dengan kekayaan sejarah yang dimilikinya, Benteng Tolukko tidak hanya menjadi simbol dari masa kolonial tetapi juga menjadi warisan budaya yang penting bagi Indonesia.
Sebagai saksi bisu dari berbagai peristiwa penting dalam sejarah Maluku, Benteng Tolukko terus menarik minat wisatawan dan peneliti sejarah yang ingin memahami lebih dalam tentang masa lalu yang penuh dinamika di Ternate. (Dari berbagai sumber)