Mak Yong, sebuah seni teater tradisional yang mengandung unsur-unsur ritual. Mak yong sangat di gemari oleh masyarakat Riau, terutama di wilayah Kepulauan Riau. Kesenian ini awalnya merupakan bentuk pertunjukan rakyat yang kemudian digemari kalangan istana.
Menurut sumber laman kemdikbuk.go.id, asal mula pertunjukan Mak Yong adalah Dewa Hindu Jawa yang bernama Semar dan puteranya Turas. Sumber lain mengatakan, Makyong berasal dari “Mak Hyang”, yaitu Dewi Sri, sebutan bagi orang jawa.
Bentuk kesenian Mak Yong masuk ke Kepulauan Riau semasa kekuasaan Sultan Sulaiman pada abad ke-18 Masehi. Cerita-cerita dalam pertunjukan ini merupakan warisan lisan para tukang cerita.
Dialog antar pemain di lakukan secara improvisasi dan tanpa patokan tetap. Cerita Mak Yong berkembang sesuai kekuatan imajinatif sang pemain. Beberapa cerita yang biasa ditampilkan adalah “Tuan Putri Ratna Emas, Gunung Intan, Putri Makyang Emas, Timun Muda.
Cerita Mak Yong berkisar tentang kehidupan kerajaan. Misalkan cerita raja, permaisuri, atau tuan putri, putri mahkota yang tertimpa musibah, kemudian berjuang dan berakhir dengan kemenangan.
Baca juga:Ginggung, Seni Musik Tiup Tradisional dari Madura
Pertunjukan Makyong
Peralatan dalam pertunjukan adalah rotan, parang, keris, kapak, panah, tongkat kayu (untuk dijadikan sakti), cangai (kuku palsu yang panjang) di buat dari bahan yang berkilat seperti emas dan lain-lain.
Sedangkan alat-alat musik yang di perlukan adalah nafiri, gong, gedombak, gendang, mong dan breng-breng. Bertabik, selendang awang, timang-timang anak, dan saridam. Tari yang dibawakan yakni menjunjung sambah, gembak, memanggil awang, tanduk dan lain-lain.
Penampilan tari dan lagu diiringi alat-alat musik yang disesuaikan dengan cerita. Terkadang setiap pemeran Mak Yong memegang peran lebih dari satu. Pemain laki-laki biasanya memakai topeng.
Macam topeng tersebut adalah topeng nenek betara guru, topeng awang pengasuh, topeng wak dukun, topeng raja jin dan topeng pembatak. Sementara pakaian yang digunakan tidak terlalu mengikat. Pakaian tersebut yang penting dapat di bedakan setiap perannya.
Baca juga: Festival Pacu Jalur, Tradisi Dayung Tradisional Riau
Dulunya, Pertunjukan tradisional ini biasanya dapat berlanjutnya hingga berhari-hari bahkan sampai 15 dan 44 malam. Saat ini, sebuah cerita Makyong berlangsung hanya 1-3 jam saja. Sebelum di tampilkan, terlebih dahulu harus di adakan upacara semah atau “ buka tanah “. Upacara dipimpin seorang Syekh atau alim ulama.
Saat ini, pertunjukan Mak Yong dibawakan semenarik mungkin. Misalkan dengan diberi diberi pencahayaan. Ceritanya yang dibawakan juga boleh kekinian namun tak meninggalkan tradisi asli. Sehingga generasi muda dapat banyak mengetahui teater Mak Yong. Beberapa kabupaten/kota di Riau, seperti Batam sudah mulai rutin mengadakan pertunjukan ini. Hal ini dimaksudkan supaya seni bersejarah ini etap lestari.