Sastrawan Suharmono Kasiyun dikenal sebagai sosok yang aktif dalam dunia kesusastraan. Kontribusinya tidak hanya terbatas pada penulisan, tetapi juga mencakup pembinaan komunitas sastra
Para sastrawan Indonesia yang berkarya dalam Komunitas Sastra mendapat apresiasi dari Pusat Pengembangan dan Perlindungan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek).
Penghargaan berbentuk Bantuan Pemerintah bidang kebahasaan dan kesusastraan tahun 2024 diterima para sastrawan nasional yang bertaraf internasional, seperti Taufik Ismail, Sutardji Calzoum Bachri, Goenawan Soesatyo Mohamad, D. Zawawi Imron, Seno Gumira Ajidarma dan sejumlah sastrawan Indonesia lainnya.
Salah satu tokoh yang menerima penghargaan yakni, Dr. Suharmono Kasiyun, M.Pd., dosen Pendidikan Profesi Guru (PPG) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa). Penghargaan ini diberikan sebagai pengakuan atas dedikasi dan kontribusi luar biasa selama kurang lebih 50 tahun dalam berkarya di bidang sastra dan memperkuat serta memajukan komunitas sastra di Indonesia.
Suharmono Kasiyun, sastrawan Jawa yang menggunakan nama samaran Anam Rabus. Dia sudah menulis berbagai karya sastra berkelas nasional maupun internasional. Dalam mengekspresikan jiwa dan idealismenya sebagai penulis, dia menggunakan Bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.
Baca juga: Seno Gumira Ajidarma, Sastrawan Dengan Banyak Julukan
Sastrawan Jawa ini lahir di Ponorogo, 19 Maret 1953. Semasa kecilnya Suharmono menempuh pendidikan di kota kelahirannya hingga SMP. Kemudian ketika memasuki jenjang SMA, dia menyelesaikannya di tiga kota, yaitu Ponorogo, Madiun, dan Surabaya.
Dilansir dari balaibahasajatim.kemdikbud.go.id, Suharmono mengawali kariernya mulai dari menulis dimajalah dinding sekolah pada tahun 1972 dalam bahasa Indonesia. Karya pertamanya terbit di koran Sinar Kota dan tidak mendapat bayaran. Dari situlah dia termotivasi menjadi penulis terkenal.
Tidak hanya menggunakan bahasa Indonesia, dia juga menggunakan bahasa Jawa untuk menghasilkan banyak karya. Menulis sudah merupakan bagian hidupnya. Selain novel, tulisannya juga berbentuk cerita cekak dan geguritan.
Pada tahun 1975-1978, Suharmono, menempuh pendidikan Sarjana Muda di IKIP Surabaya, dilanjutkan dengan S-1 di IKIP Malang. Dia juga berkesempatan menempuh pendidikan S-3.
Selama menjadi pengarang sastra Jawa, ia tidak banyak mengalami kesulitan. Dia hanya berharap agar masyarakat etnis Jawa mau menghargai budaya Jawa. Selama hidupnya, dia telah menulis banyak karya. Salah satunya adalah novel berjudul Den Bagus yang pernah menjadi juara harapan sayembara Roman Dewan Kesenian Jakarta tahun 1980.
Karya lainnya yaitu, cerkak yang berjudul “Tatu-tatu Lawos” memenangkan lomba penulis cerkak Pusat Kesenian Jawa Tengah (PKJT) tahun 1980; novel Kidung Katresnan meraih juara harapan sayembara novel PKJT tahun 1981, Pupus Kang Pepes mendapat predikat crita sambung terbaik Panjebar Semangat dalam kurun waktu lima tahun.
Baca juga: Jejak Karya Sastrawan dan Pujangga Acep Zamzam Noor
Tak hanya itu, Suharmon juga menulis puisi yang dimuat di majalah Penjebar Semangat, Jaya Baya, dan Kumandang sejak tahun 1974 sampai sekarang. Beberapa karya yaitu: “Kidung Langsir Wengi”, “Pasuruan”, “Kampus”, “Pomahku Omah Putih”, dan “Perang Kembang”.
Selain menulis, Suharmono pernah menjadi sekretaris PPSJS tahun 1977-1990, Ketua Umum PPSJS 1990—1994 dan kemudian menjadi ketua umum lagi pada periode 2001-2004. Disamping itu, sejak tahun 1993 sampai sekarang mengisi siaran Seni, Basa, dan Kasusatraan Jawa di RRI Surabaya.
Tahun 2022, Suharmono dinobatkan sebagai penerima penghargaan Anugrah Sutasoma dari Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Tahun 2022 untuk kategori karya sastra berbahasa daerah terbaik, yakni melalui novel Guwing. Novel Guwing mengisahkan representasi tokoh utama yang memiliki problem kejiwaan berupa perasaan rendah diri, karena dia selalu membesar-besarkan kompleks inferiorita.
Sastrawan Suharmono Kasiyun dikenal sebagai sosok yang aktif dalam dunia kesusastraan. Kontribusinya tidak hanya terbatas pada penulisan, tetapi juga mencakup pembinaan komunitas sastra melalui berbagai program pelatihan dan seminar.
Dalam kesehariannya, Suharmono juga aktif mengajar dan membimbing mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Guru (PPG) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa). Dia mengajak untuk mencintai dan mengembangkan sastra Indonesia. (Dari berbagai sumber)