Seniman tari sekaligus dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Darmawan Dadijono, tampil dalam pentas seni bertajuk “Sekaring Rasa” yang digelar di Telaga Menjer, Wonosobo, Jawa Tengah, pada Minggu (25/5/2025).
Acara ini diselenggarakan Sanggar Tari Ngesti Laras di bawah pimpinan Mulyani Moelya, menghadirkan pertunjukan tari dan musik bundengan, baik di area Taman Telaga Menjer maupun di atas perahu yang mengapung di permukaan danau.
Dalam wawancara usai pertunjukan, Darmawan, yang juga dikenal dengan nama panggung “Iwan”, mengungkapkan bahwa ketertarikannya tampil di Telaga Menjer berangkat dari keinginan lama untuk menghidupkan ruang-ruang kreatif di lokasi wisata.
“Tempat seperti ini punya potensi lebih dari sekadar destinasi rekreasi. Saya melihatnya sebagai space, bukan hanya place atau ruang yang bisa diisi dengan energi seni dan kreativitas,” ujarnya.
Baca Juga: Pentas Bundengan Sekaring Rasa Memukau di Atas Air Telaga Menjer
Lebih dari sekadar tampil, kehadiran Darmawan juga dimaksudkan sebagai ajang silaturahmi dengan para pekerja seni lokal.
Ia menyebut bahwa membangun relasi dan jejaring antarseniman menjadi bagian penting dari ekosistem kesenian.
Terkait penampilannya yang mengundang perhatian, Darmawan menjelaskan bahwa gerakan tari yang ia bawakan tidak berasal dari koreografi baku.
Ia menyebut tarian itu tumbuh dari proses mendengarkan lirik dan syair lagu bundengan yang dimainkan rekan-rekannya.
“Saya tidak ingin menyebutnya improvisasi, karena ini hasil dari pendalaman. Beberapa hari sebelumnya saya mendengarkan rekaman mereka, lalu mencoba mengekspresikan makna lirik melalui gerakan. Jadi gerakan saya tadi lebih sebagai perpanjangan dari suara dan rasa,” ungkapnya.

Menanggapi perkembangan seni di era globalisasi, Darmawan menyatakan bahwa seni memiliki kekuatan untuk menembus batas.
Ia percaya, jika dijalani dengan serius dan niat yang baik, seni bisa menjadi media pemersatu dan bahkan alat diplomasi antarnegara.
“Seni pertunjukan bisa mempererat, memperkuat, dan menghubungkan, asalkan tidak dijadikan alat untuk kepentingan pribadi yang negatif,” tambahnya.
Darmawan juga menitipkan pesan khusus kepada generasi muda.
Menurutnya, meski kini banyak anak muda yang mengekspresikan diri melalui media sosial, penting bagi mereka untuk memahami makna seni yang lebih dalam.
“Bukan sekadar viral atau popularitas. Seni, terutama tari, punya proses yang panjang dan mendalam. Syukurnya, kini mulai banyak anak muda yang serius menata Langkah, menciptakan karya berkualitas dan menjadi penari yang hebat,” tuturnya.
Baca Juga: Pemkab Wonosobo Fokus Tangani Kemacetan Wisata Dieng Lewat Jalur Alternatif

Di akhir perbincangan, Darmawan turut mengapresiasi alat musik bundengan, instrument suara tradisional khas Wonosobo yang digunakan dalam pertunjukan itu.
Ia memuji kreativitas para seniman lokal dalam mengeksplorasi dan menyulap bundengan menjadi alat musik petik dengan suara yang unik.
“Bundengan ini keren sekali. Dari yang awalnya hanya semacam payung, lalu melalui eksperimen bunyi dan penataan suara, bisa menjadi alat musik yang khas. Saya berharap ini terus dikembangkan dan dikenal hingga mancanegara. Generasi berikutnya harus bisa mengenal, memainkan, dan melestarikannya,” pungkasnya.