By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Festival Babukung, Tradisi Budaya Suku Dayak Tomun
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Festival Babukung, Tradisi Budaya Suku Dayak Tomun
Tradisi

Festival Babukung, Tradisi Budaya Suku Dayak Tomun

Ridwan
Last updated: 24/10/2024 03:36
Ridwan
Share
5 Min Read
SHARE
Di balik keindahan alam Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah, tersembunyi kekayaan budaya Suku Dayak Tomun yang terus hidup hingga kini yaitu Festival Babukung. Acara ini penuh dengan makna merayakan kehidupan dan kematian dalam harmoni dengan alam.

Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah, adalah sebuah wilayah yang kaya akan keanekaragaman tradisi dan budaya. Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Kotawaringin Barat ini dikenal dengan keindahan alamnya yang dikelilingi bukit-bukit dan hutan sawit. Jalan menuju desa-desa di Lamandau seringkali terasa seperti perjalanan di pegunungan, menawarkan pemandangan yang menakjubkan.

 

Di kabupaten itu tinggal suku Dayak, khususnya Dayak Tomun. Suku itu terkenal dengan gaya hidup berburu dan berladang yang masih dipraktikkan hingga kini. Rumah panggung dari kayu ulin, ciri khas suku Dayak, adalah pemandangan yang umum di wilayah ini. Beberapa di antaranya, digunakan sebagai lumbung padi yang dikelola bersama.

 

Selain itu, masyarakat Dayak di Lamandau juga memproduksi mandau, senjata tradisional yang digunakan untuk berburu. Mayoritas masyarakat Dayak di Lamandau menganut agama Kaharingan, sebuah kepercayaan asli suku Dayak sebelum masuknya agama-agama besar ke Kalimantan. Kaharingan, yang berarti “tumbuh” atau “hidup”, adalah pusat dari berbagai ritual adat, termasuk upacara pengorbanan ternak seperti babi atau ayam, yang darahnya dialirkan pada pohon yang dianggap suci.

 

Kebiasaan menginang, mirip tradisi nginang (atau menyirih) di Jawa, masih dipraktikkan sebagian masyarakat Dayak. Tradisi ini menggunakan daun sirih, kapur sirih, tembakau, kencur, dan buah pinang sebagai bahan utama, dan menariknya, mereka yang menginang biasanya tidak merokok seumur hidupnya.

 

Meski ada orang masih merasa canggung untuk berinteraksi dengan orang Dayak karena perbedaan budaya. Kenyataannya, masyarakat Dayak sangat terbuka terhadap orang lain yang ingin mempelajari kebudayaan mereka.

 

Festival Babukung

 

Demi menjaga dan melestarikan warisan budaya Dayak, terutama Dayak Tomun, Pemerintah Kabupaten Lemandau pun mengadakan Festival Babukung untuk merayakan kehidupan dan kematian dalam harmoni. Perayaan budaya unik ini diadopsi dari tradisi kematian masyarakat Dayak Tomun.

 

Diadakan setiap tahun di Nanga Bulik, ibu kota Kabupaten Lamandau, festival bertujuan melestarikan budaya Dayak Tomun sekaligus menghibur keluarga yang sedang berduka. Babukung, dalam tradisi Dayak Tomun, adalah upacara kematian yang menyatukan roh para leluhur dalam tarian dan doa. Namun, festival ini tidak hanya sebatas upacara kematian; ia telah berkembang menjadi ajang perayaan yang meriah, yang menghubungkan manusia dengan alam.

 

Festival Babukung pertama kali digelar tahun 2014, dan pada 8—10 Agustus 2024 lalu menandai perayaan yang kesepuluh kalinya. Bertema “Menjaga Tradisi, Merawat Bumi, Mengarungi Era Digitalisasi”, festival tidak hanya mempertahankan tradisi lama tetapi juga mengintegrasikan elemen-elemen modern untuk menarik perhatian generasi muda. Salah satu daya tarik utama dari Festival Babukung adalah karnaval topeng tradisional, yang dikenal sebagai Luha.

Baca Juga: Tradisi Tolak Bala Robo-Robo, Warisan Leluhur Kalimantan Barat

Dalam karnaval ini, para penari, yang disebut Bukung, mengenakan topeng dengan karakter hewan tertentu dan menari untuk menghibur keluarga yang berduka. Tradisi ini mencerminkan rasa solidaritas dan kepedulian sosial yang kuat dalam masyarakat Dayak Tomun.

 

Selain karnaval Luha, digelar juga tari topeng, lomba menggambar dan mewarnai topeng. Rencananya, festival Babukung juga akan menampilkan pentas musik etnik, workshop tari dan ukir topeng, adventure trail, bazar produk UMKM, serta pertunjukan ritual suku Dayak yang eksklusif.

 

Momen puncak festival tahun ini adalah pemecahan rekor MURI untuk 1.000 Tatakup, sebuah prestasi yang menunjukkan betapa antusiasnya masyarakat dalam melestarikan tradisi mereka. Di sisi lain, Festival Babukung telah menjadi magnet bagi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, yang ingin menyaksikan keunikan dan keindahan budaya Dayak Tomun.

 

Bagi masyarakat Nanga Bulik dan sekitarnya, Festival Babukung bukan sekadar ajang hiburan, melainkan juga sebuah upaya menjaga dan mengangkat nilai-nilai budaya yang telah diwariskan leluhur mereka.

 

Pemkab Lamandau ingin, festival ini berhasil menarik perhatian generasi muda dan memperkenalkan mereka pada kekayaan warisan nenek moyang. Bagi masyarakat Dayak Tomun, festival ini adalah cara untuk menjaga jati diri mereka sekaligus merayakan kehidupan dalam harmoni dengan alam. (Sumber: Indonesia.go.id)

You Might Also Like

Kesenian Tayub, Merayakan Tradisi dan Kebersamaan di Blora

Jejak Sejarah Tradisi Balon Udara di Wonosobo

Udan Dawet, Ritual Meminta Hujan di Banyuanyar Boyolali

Mandok Hata, Tradisi Suku Batak Rayakan Malam Tahun Baru

Saat Warga Dua Desa Bersatu Berburu Ikan dalam Tradisi Tubo

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Ridwan
Content Editor
Previous Article Film Tulang Belulang Tulang Angkat Tradisi Batak
Next Article Kolaborasi Musik Etnik Batak-Melayu Di Penutupan PON XXI
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?