Pulau Nusakambangan berada di selatan Kota Cilacap, Jawa Tengah, membentang dari barat ke timur dengan wilayah yang dipenuhi perbukitan dan hutan lebat. Di balik cerita mistis yang kerap terdengar tentang pulau ini, terdapat sebuah legenda yang berkembang di kalangan masyarakat, yang dipercaya berkaitan dengan asal-usul terbentuknya Nusakambangan.
Di sisi lain, saat ini Pulau Nusakambangan dikenal sebagai Lembaga Permasyarakatan (Lapas) dengan tingkat keamanan tertinggi di Indonesia. Penjara yang dibangun penjajah Belanda pada tahun 1908 ini, bahkan kerap disebut sebagai penjara Alcatrazz-nya Indonesia.
Berdasarkan buku “Cerita Rakyat Jawa Tengah: Kabupaten Cilacap” karya Ery Agus Kurnianto dkk, cerita ini bermula pada zaman dahulu, ketika seorang raja sakti dari Jawa Timur, yang dikenal dengan gelar Prabu Aji Pramosa, memerintah di Kerajaan Kediri. Raja ini terkenal keras kepala dan tidak mau tunduk kepada siapa pun, termasuk raja-raja kerajaan lain.
Di wilayah kekuasaannya, ada seorang resi sakti bernama Resi Kano atau Kiai Jamur, yang sudah lama dikenal Prabu Aji Pramosa. Sang raja merasa terancam kesaktian sang resi. Merasa terganggu dan terancam, Prabu Aji Pramosa mengadakan rapat dengan para penasihatnya, dan memutuskan mengusir atau bahkan membunuh Resi Kano demi menjaga kekuasaannya.
Baca juga: Cerita Batu Ampar, Legenda Si Badang Yang Perkasa
Namun rencana itu didengar Resi Kano, hingga segera meninggalkan kerajaan. Ia berkelana menuju pantai selatan Pulau Jawa, melewati hutan belantara dan pegunungan. Sang Resi pun akhirnya tiba di daerah dekat Cilacap, tempat yang sunyi dan sulit dijangkau manusia.
Di sana, Resi Kano bertapa dan memohon keadilan kepada Tuhan atas perlakuan yang diterimanya. Tak lama setelah itu, Prabu Aji Pramosa bersama pengikutnya berhasil menemukan lokasi persembunyian sang resi. Tanpa ragu, Prabu Aji Pramosa langsung menyerang Resi Kano dengan senjatanya, dan resi pun binasa.
Namun, kejadian luar biasa terjadi. Tiba-tiba tubuh Resi Kano lenyap, disertai gemuruh angin dan suara mengerikan yang mengguncang bumi. Meski ketakutan, Prabu Aji Pramosa tetap bertahan berkat kemampuannya menguasai ilmu mantra.
Tiba-tiba, muncul seekor naga raksasa yang mengamuk dan membuat ombak di lautan semakin besar. Naga hampir menelan Prabu Aji Pramosa, namun dengan cepat, sang raja melepaskan anak panahnya yang tepat mengenai perut naga. Naga pun mati terbunuh, hanyut karena gelombang laut.
Setelah peristiwa itu, muncul seorang putri cantik bernama Dewi Wasowati. Ia mendekati Prabu Aji Pramosa dan mengatakan bahwa ia dikutuk Yang Maha Kuasa, dan berkat bantuan sang Prabu, ia telah kembali menjadi manusia. Sebagai bentuk terima kasih, Dewi Wasowati memberikan sebuah cangkok dari bunga wijayakusuma.
Baca juga: Legenda Batu Bagga, Cerita Anak Durhaka dan Kutukan Abadi
Konon, benda itu hanya bisa ditemukan di tempat yang sakral. Ia menjelaskan bahwa siapa yang memiliki bunga wijayakusuma, akan menurunkan raja-raja besar di Jawa. Diliputi rasa bahagia, Prabu Aji Pramosa menerima hadiah dan berusaha menempuh perjalanan laut untuk segera kembali ke tempat Dewi Wasowati. Namun, dalam perjalanan pulang, cangkok bunga wijayakusuma yang digenggamnya terlepas dan tenggelam ke dalam ombak.
Setelah kejadian itu, tersebar kabar, di atas karang Pulau Nusakambangan tumbuh sebuah pohon sangat ajaib. Prabu Aji Pramosa, yang mendengar berita itu segera menuju ke pulau itu untuk melihat dengan mata kepala sendiri. Betapa terkejutnya ia ketika menemukan bahwa pohon itu adalah pohon Wijayakusuma yang pernah diberikan Dewi Wasowati.
Pohon itu berkilauan, daunnya halus bagaikan kain beludru, dan bunga-bunganya berkilau cemerlang. Prabu Aji Pramosa merasa sangat menyesal, karena ia kini sadar bahwa bunga Wijayakusuma yang seharusnya dimilikinya telah hilang.
Ia pun sadar bahwa semua yang terjadi adalah takdir yang telah ditentukan Yang Maha Kuasa. Dengan hati yang berat, sang Prabu kembali ke istana, meninggalkan pulau yang kini dikenal dengan nama Nusakambangan. (Diolah dari berbagai sumber)